Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiba di Kobe, Wapres Necis Lagi

Kompas.com - 16/11/2010, 10:24 WIB

KOBE, KOMPAS.com — Untuk mengunjungi Kobe, kota tua di wilayah Kanzai, yang letaknya di sebelah barat Jepang, atau berjarak hampir 2,5 jam dari Tokyo, Wakil Presiden Boediono sempat disarankan tidak menggunakan jas dan dasi. Alasan Duta Besar RI di Jepang, Muhammad Lutfi, Senin (15/11/2010) kemarin, karena orang-orang Jepang pada periode tertentu tidak berbusana secara formal.

Oleh sebab itu, selama menuju Kobe, Wapres tidak menggunakan jas dan dasi, tetapi hanya menggunakan jaket abu-abu. Dasinya cuma dikantongi saja. "Namun, nanti kalau tiba di Kobe dan bertemu dengan Wakil Gubernur Hyogo, sebaiknya Pak Wapres menggunakan jasa dasi," tambah Lutfi lagi.

Mendengar saran Lutfi, Wapres, kemarin hanya berkomentar singkat, "Saya ikuti saran Pak Dubes saja. He-he-he...."

Sekarang ini, dalam perjalanan dengan angkutan massal, yakni kereta supercepat Shinkanzen ke Kobe, Wapres hanya menggunakan jaket dan tanpa dasi. Di kereta supercepat Shinkanzen Nozomi 17 itu, Wapres dan Ny Herawati duduk di kursi nomor satu dan dua di Gerbong 10. Di sisi duduk Lutfi bersama istrinya Bianca Adinegoro. Di belakang Wapres dan Lutfi berjejer ke belakang para menteri dan pejabat lainnya.

Pada pukul 11.30 siang waktu setempat, kereta Shinkanzen yang membawa rombongan Wapres mendarat di Stasiun Shin-Kobe. Wapres mengganti jas hitamnya, tetapi tetap tanpa dasi. Sebab, Wapres hanya makan di siang di ANA Crowne Plaza Hotel sebelum menuju Disaster Reduction & Human Renovation Institution (DR-HRI). (Suhartono dari Kobe, Jepang)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com