Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Dituduh Meniru "Lebensraum" Nazi

Kompas.com - 01/11/2010, 07:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - China memang terbilang agresif, terutama dalam konteks ”memperluas” wilayah teritorial. Boleh jadi hampir semua negara yang ”bertetangga” dengan ”Negeri Tirai Bambu” itu sudah pernah mengalami sikap China itu.

Jepang, Taiwan, dan sedikitnya lima negara (empat di antaranya negara anggota ASEAN) di kawasan perairan Laut China Selatan berseteru dengan China.

Jika China berebut gugus kepulauan Senkaku (versi Jepang) atau Diaoyu (versi China) di perairan Laut China Timur, di perairan Laut China Selatan China ”merebut” dua gugus kepulauan, Spratly dan Paracel, dengan Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.

Semua gugus kepulauan dan perairan itu kaya sumber daya alam dan menjadi jalur lalu lintas perekonomian dunia yang strategis.

Menanggapi agresivitas seperti itu, mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyamakan tindakan China saat ini seolah menerapkan prinsip dasar filosofi seorang Adolf Hitler, lebensraum atau ruang (untuk) hidup. Kecaman keras itu disampaikannya pada pertengahan Oktober saat berkunjung ke Washington, Amerika Serikat, seperti dikutip Bangkok Post.

Abe menyebutkan, sejak era 1980-an strategi militer China dilandasi konsep ”Perbatasan Strategis”. Ide tersebut dinilai sangat berbahaya karena mengartikan perbatasan dan zona ekonomi eksklusif sebuah negara ditentukan oleh kekuatan militer.

”Ada yang mengasosiasikan hal ini dengan konsep Hitler, lebensraum. Dalam konteks China, sepanjang ekonomi negara itu terus berkembang, dominasi soal wilayah juga akan bertambah,” ujar Abe.

Hitler percaya, bangsa Jerman layak mendapat ruang atau tanah kekuasaan (di luar Jerman), terutama di kawasan timur Slavia (Polandia), untuk hidup dan berkembang lebih besar. Menurut penilaian Abe, dalam isu perebutan wilayah, China tidak ada bedanya dengan Hitler.

Abe geregetan tidak hanya terhadap China, tetapi juga kepada pemerintahan PM Naoto Kan yang dinilai ”lembek” karena melepas kapten kapal nelayan China, yang ditangkap saat melanggar wilayah dan bahkan menabrak dua kapal patroli Jepang, beberapa waktu lalu.

Peringatan Pada Minggu (31/10) Abe tiba di Taipei, Taiwan. Dia berkunjung bersamaan dengan peresmian jalur penerbangan baru Tokyo-Taipei. Abe telah dijadwalkan bertemu Presiden Taiwan Ma Ying Jeou. Tidak disebutkan apa tujuan kunjungan itu, tetapi diduga kuat Abe sedang mendekati Taiwan.

Selain itu, dalam pertemuan informal di sela-sela jadwal resmi Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Hanoi, Vietnam, Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi dan Menlu Jepang Seiji Maehara sepakat untuk ”berbaikan” dalam konteks sengketa wilayah.

Keduanya sama-sama menilai perlu untuk meningkatkan level pembicaraan ke tingkat lebih tinggi. Dalam KTT Ke-8 Pertemuan Asia-Eropa di Brussels, Belgia, beberapa waktu lalu, PM Jepang Naoto Kan dan PM China Wen Jiabao bertemu secara ”tak sengaja”, juga menyinggung isu sengketa wilayah itu.

Namun, masalah tak kunjung selesai. China adalah satu-satunya negara penghasil dan pengekspor utama mineral langka, yang sangat dibutuhkan oleh industri produk teknologi tinggi, terutama di Jepang. China menggunakan ”kartu truf” dengan menghentikan secara de facto ekspor mineral langka itu.

China membantah hal itu telah dijadikan sebagai ”senjata diplomatik”, terutama dalam menghadapi Jepang. Klarifikasi tersebut bahkan kembali dilontarkan oleh China melalui menteri luar negerinya saat bertemu Menlu AS Hillary Clinton di KTT ASEAN, kemarin.

Namun, kalangan industri di Jepang sudah telanjur ”menjerit” menghadapi ”kebijakan” yang dilancarkan China tadi. Tidak hanya itu, negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, pun ketar-ketir. Maklum, 97 persen pasokan mineral langka itu berasal dari China.

Menyikapi kondisi tersebut, Hillary memperingatkan para negara pengimpor mineral langka bahwa ”perilaku” China seperti itu harus dijadikan semacam peringatan dini atau sekadar wake up call agar bersama-sama mulai mencari alternatif sumber pasokan lain.

Seruan Hillary ada benarnya. Jika kondisi seperti sekarang terus berlarut-larut, Jepang bakal kehabisan stok mineral langka pada Maret atau April 2011. Hal itu disampaikan Wakil Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang Yoshikatsu Nakayama, beberapa waktu lalu.

Mengutip situs telegraph.co.uk, Pemerintah Jepang kini mulai mendekati sekaligus merancang kerja sama soal pertambangan mineral langka dengan Vietnam. Selain China, Vietnam memiliki cadangan mineral langka di dalam tanahnya. Jepang ingin mengamankan pasokan mineral itu. (AFP/BLOOMBERG/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com