Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suu Kyi Tersisih, tetapi Tetap Dipuja

Kompas.com - 01/11/2010, 05:36 WIB

Pengemudi taksi itu menunjuk ke Danau Inya, Yangon. Dekat danau itu terdapat kediaman dan penjara di mana ikon demokrasi Aung San Suu Kyi tinggal. ”Saya suka ibu ini. Semua orang suka ibu ini,” katanya, dengan meletakkan telunjuknya di bibirnya. ”Dia telah menang. Dia top,” bisiknya.

Suu Kyi memimpin partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) saat meraih kemenangan telak dalam pemilu tahun 1990. Namun, junta militer menolak kemenangan kubu Suu Kyi itu.

Takut akan popularitas Suu Kyi yang terus bertahan, junta militer Myanmar telah membuat peraih Hadiah Nobel Perdamaian 1991 yang berusia 65 tahun itu untuk terus dalam tahanan.

Suu Kyi menghabiskan sebagian besar waktu dari dua dekade terakhir di penjara. Junta juga menyingkirkannya dari panggung politik, termasuk dari pemilu 7 November.

Tanpa partisipasi lambang perlawanan damai Myanmar itu, banyak pemilih dibuat kehilangan partai pilihannya. NLD memang memboikot pemilu itu dan junta juga membubarkan NLD.

Keputusan untuk memboikot pemilu itu telah memecah oposisi. Perpecahan terjadi di antara mereka yang setuju dan yang mengatakan aksi boikot membuang sebuah kesempatan langka untuk perubahan bertahap walau proses pemilu itu cacat.

”Lebih baik memiliki sesuatu daripada tidak ada sama sekali,” kata kandidat Partai Demokrat, Nay Ye Ba Swe, putri mantan PM Ba Swe, yang mengatakan, dia dan Suu Kyi ”bagaikan kakak-adik”. ”Kami sangat menghormati dan sangat mengagumi dia karena dia banyak berkorban bagi negeri dan rakyat, dan dia seorang ikon internasional,” kata Nay Ye Ba Swe.

Namun, dia menambahkan, ”Kami beranggapan bahwa dengan memboikot pemilu, suara-suara demokrat akan kehilangan kesempatan.”

Tak ada yang meragukan bahwa Suu Kyi, didikan Universitas Oxford, Inggris, itu telah membayar harga sangat mahal dalam perjuangan untuk kemerdekaan Myanmar, yang dikuasai militer sejak tahun 1962.

Tidak bertemu anak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com