Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hezbollah Desak Warga Boikot Pengadilan

Kompas.com - 29/10/2010, 13:27 WIB

BEIRUT, KOMPAS.com - Hezbollah, Kamis, mendesak warga Lebanon untuk memboikot penyelidikan yang didukung PBB terhadap kasus pembunuhan negawarawan Rafik al-Hariri tahun 2005 dan menuduh para penyelidik mengirim informasi ke Israel.

Ketegangan meningkat di Lebanon karena pengadilan itu dalam beberapa bulan terakhir dan negara itu hampir tenggelam ke dalam kekacauan setelah laporan-laporan bahwa penuntut pengadilan itu akan mendakwa beberapa anggota milisi Syiah Hezbollah, mungkin awal tahun depan. "Saya minta pada setiap pejabat Lebanon dan setiap warga untuk memboikot para penyelidik itu dan tidak bekerjasama dengan mereka," kata pemimpin Hezbollah Sayyed, Hassan Nasrallah, dalam pidato melalui hubungan video. "Semua informasi dan data serta alamat (yang mereka dapat) akan dikirim ke Israel," ucap Nasrallah.

Pernyataan Nasrallah muncul sehari setelah dua penyelidik internasional dipaksa keluar dari sebuah klinik seorang dokter ahli kebidanan di Beirut selatan, benteng pertahanan Hezbollah, tempat mereka telah mengatur untuk meninjau kembali arsip. Pengadilan itu mengecam apa yang mereka katakan sebagai "serangan terhadap stafnya" dan mengatakan mereka tidak mau dicegah melakukan penyelidikannya.

Nasrallah menyatakan upaya pengadilan itu untuk mendapatkan akses ke arsip para wanita itu merupakan perkembangan yang memalukan. Kelompoknya, bagian dari pemerintah persatuan nasional, telah mengecam pengadilan yang didukung PBB itu sebagai alat kebijakan Amerika Serikat (AS) dan Israel serta minta pada PM Saad al-Hariri, putera Rafik, untuk menolak pengadilan yang sejauh ini ia perjuangkan itu.

Ucapan Nasrallah itu mungkin dianggap sebagai upaya untuk mengadakan tekanan pada Saad Hariri agar menjauhkan diri dari pengadilan tersebut dan bahkan akan memperluas lagi keretakan antara kedua kamp. "Mengapa penyelidikan itu mau minta arsip medis wanita-wanita, saudara perempuan dan anak perempuan kami? Setiap orang di wilayah ini tahu bahwa ini tidak dapat ditoleransi (berdasarkan) agama, tingkat sosial dan etik. Ini perkembangan memalukan," ujarnya.

Nasrallah mengatakan, penyelidik telah mengumpulkan data dari semua sektor di negara itu termasuk informasi mengenai para pelanggan listrik, (jaringan) telpon dan mahasiswa universitas sejak 2003. Ia mengatakan mereka juga minta sidik jari 893 orang dari direktorat keamanan umum. "Tidak ada sektor di negara itu yang tidak mereka datangi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com