Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakek Siap Bertarung

Kompas.com - 28/10/2010, 09:57 WIB

SINTKAI, KOMPAS.com - Tun Sein (87), pengasuh ikon demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi (65), saat bayi, siap bertarung dalam pemilu 7 November 2010. Tun adalah kandidat tertua dari oposisi. Dia maju karena ingin menegakkan demokrasi di negara yang dikuasai junta militer itu.

Sein adalah veteran perang dan kandidat dari Partai Kekuatan Demokrasi Nasional (NDF). ”Siapa yang berani melawan penjajah Inggris? Siapa yang berani memberontak melawan Jepang? Kami melakukannya. Kami berjuang,” kata kapten purnawirawan itu, Rabu (27/10).

Sein pernah juga menjadi pengawal pribadi pahlawan kemerdekaan Myanmar, Jenderal Aung San, ayah Suu Kyi. ”Saya akan mati serta hanya ingin kedamaian dan kebebasan. Saya hanya ingin melihat kehidupan rakyat membaik di negara damai dan demokratis,” kata Sein, kandidat tertua dari kalangan oposisi.

Sein ketika berusia 19 tahun sudah bergabung dengan Tentara Kemerdekaan Myanmar. Dia berperang melawan penjajah Inggris bersama komandannya, Aung San.

Papan kecil di luar rumahnya di kota Sintkai, sekitar 50 kilometer dari Mandalay, bertuliskan kata-kata, ”Kapten (Pur) Tun Sein, Bintang Kemerdekaan Kelas I, anggota pahlawan”.

”Suu Kyi sangat cerdas. Darah ayahnya mengalir dalam tubuhnya. Jenderal itu tidak pernah menerima sesuatu yang salah,” kata Tun Sein.

Aung San dibunuh pada tahun 1947 oleh saingan politiknya. Suu Kyi berusia dua tahun ketika itu. Tun Sein kemudian menjadi pemimpin lokal Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), yang dibentuk setelah pemberontakan gagal pada tahun 1988. Partai ini menang telak pada tahun 1990, tetapi tidak diakui oleh junta. Suu Kyi pun ditangkap.

Tun Sein memilih untuk bergabung dengan NDF, partai oposisi yang memisahkan diri dari NLD yang didirikan oleh mantan anggota NLD.

Suu Kyi sampai sekarang berada dalam tahanan rumah dan dilarang mengikuti pemilu. Tanpa larangan itu pun, Suu Kyi sudah memboikot pemilu.

ASEAN menekan Filipina mengkritik pemilu Myanmar. ”(Pemilu) itu sebuah lelucon,” kata Menteri Luar Negeri Filipina Alberto Romulo menjelang Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Hanoi, Vietnam, Rabu.

Myanmar telah lima dekade dikuasai juta militer. Menjelang pemilu pertama dalam 20 tahun ini junta menutup berbagai informasi terkait pemilu serta berusaha menekan partai oposisi dan mengurangi kampanye agar militer tetap berkuasa.

Menlu Indonesia Marty Natalegawa mengatakan, ASEAN akan terus menekan Myanmar. ”Tak ada kata terlambat,” katanya di Hanoi.

Ia mengharapkan kerja sama di kawasan untuk memastikan bahwa pemilu Myanmar dapat menjadi bagian dari solusi ketimbang menjadi bagian dari masalah pada masa depan. (AFP/AP/CAL)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com