Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Diminta Waspada

Kompas.com - 17/10/2010, 03:28 WIB

BOYOLALI, KOMPAS - Warga yang bermukim di sekitar Gunung Merapi diminta tidak meremehkan kemungkinan terjadinya erupsi atau letusan gunung. Meski gejala awal peningkatan status Merapi bisa dipantau, muncul perbedaan gejala antara letusan satu dan lainnya.

Demikian disampaikan Dewi Sri Sayudi, anggota staf Seksi Merapi pada Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, saat sosialisasi peningkatan aktivitas Gunung Merapi di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (16/10). Sejak 23 September 2010, status Gunung Merapi ditetapkan waspada hingga saat ini.

Sri Sumarti, Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta, mengatakan, status Gunung Merapi masih waspada seperti sejak pertama kali ditetapkan pada 23 September lalu. Saat ini guguran lava bisa mencapai hingga 30 kali per hari. ”Belum ada laporan terkait peningkatan status Gunung Merapi,” kata Sri saat dihubungi Sabtu malam.

Kawasan Gunung Merapi melingkupi wilayah yang masuk Kabupaten Boyolali (arah utara dan timur Merapi), Kabupaten Klaten (arah tenggara Merapi), dan Kabupaten Magelang (arah barat Merapi)—ketiganya di Jawa Tengah. Sedangkan di arah selatan posisi Merapi berada di wilayah Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Dewi Sri Sayudi menjelaskan, pada erupsi 2001, muncul gejala awan panas yang cukup kuat dan guguran lava juga kuat. Selanjutnya, menjelang erupsi 2006, tanda yang terlihat kuat ialah awan panas, guguran, dan kubah tumbuh. Sedangkan gempa vulkanik dalam dan dangkal, tidak terlalu kuat.

Saat ini, menurut Dewi Sri Sayudi, tanda yang dominan adalah kuatnya gempa vulkanik dalam dan dangkal.

Mulai meningkat 

Menurut Dewi, pekan ini mulai ada peningkatan aktivitas kegempaan yang cukup signifikan, hampir dua kali lipat dibandingkan pekan sebelumnya. Gempa multiphase (MP) tercatat 544 kali, sedangkan guguran lava 117 kali. Pekan lalu, gempa MP tercatat 376 kali dan guguran lava 35 kali.

Jiman (26), warga Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, mengaku beberapa kali mulai mendengar suara guguran material Merapi yang cukup kencang, Kamis malam. Namun, dia mengaku belum terlalu khawatir. Dusun Stabelan merupakan perkampungan terdekat, hanya 3,5 kilometer dari puncak Merapi.

Kepala Dusun Stabelan Kirman meminta Pemerintah Kabupaten Boyolali mulai menyiapkan pelaksanaan evakuasi warga. Dia meminta penanganan erupsi tahun 2006 menjadi pelajaran. Ketika itu, warganya sudah diungsikan, tetapi selama delapan hari tidak ada pihak yang secara resmi mengurusi mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com