Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/10/2010, 17:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia Corruption Watch (ICW) mengecam putusan Mahkamah Agung (MA) yang menolak permohonan Peninjauan Kembali (PK) kasus Bibit Samad Riyanto-Chandra M Hamzah. MA menolak PK yang diajukan Kejaksaan Agung atas putusan praperadilan yang membatalkan Surat Keputusan Penghentian Perkara (SKPP) yang dikeluarkan Kejagung untuk menghentikan kasus Bibit-Chandra.

"Kita mengecam putusan MA. Hal ini akan memperkuat penilaian masyarakat bahwa MA tidak memiliki komitmen pemberantasan korupsi dan tidak mendukung kinerja KPK. Apalagi dalam catatan ICW sebelumnya, MA dan jajaran pengadilan di bawahnya dikenal sebagai lembaga yang banyak membebaskan para koruptor," tegas Wakil Badan Pekerja ICW Emerson Yuntho kepada Tribunnews.com di Jakarta, Jumat (8/10/2010).

Peneliti ICW Febry Diansyah juga menyatakan hal serupa. "Kita mengecam putusan MA karena mengesampingkan rasa keadilan publik dan kepentingan umum untuk memperkuat KPK," tegas Febry.

Menurut Febry, MA menerapkan standar ganda saat memutus perkara Bibit-Chandra. "MA pernah memutus perkara PK yang diajukan oleh jaksa. Jadi, jika MA tdk menyatakan NO (tidak dapat menerima), setidaknya substansi kasus bisa dibuka," lanjut Febry.

Ditambahkan Emerson, MA menafikan putusan MK dan Pengadilan Tipikor yang menyebutkan adanya rekayasa dan bukti-bukti yang diajukan untuk kriminalisasi Bibit Candra adalah bukti yang tidak kuat.

"MA bersama dengan kepolisian dan kejaksaan juga dapat dinilai masyarakat sebagai bagian dari upaya pelemahan KPK. Proses kriminalisasi terhadap Bibit Candra seharusnya tidak perlu diproses secara hukum," tegas Emerson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

    Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

    Nasional
    Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

    Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    Nasional
    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Nasional
    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    Nasional
    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Nasional
    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    Nasional
    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    Nasional
    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasional
    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    Nasional
    Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

    Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

    Nasional
    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Nasional
    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Nasional
    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com