Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berakhir, Pembekuan Permukiman Yahudi

Kompas.com - 27/09/2010, 10:45 WIB

JERUSALEM, KOMPAS.com — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengabaikan tekanan internasional dengan mengakhiri pembekuan permukiman Yahudi pada Minggu tengah malam. Namun, ia mendesak Presiden Palestina Mahmoud Abbas tidak meninggalkan pembicaraan perdamaian sebagai protes.

"Saya meminta Presiden Abbas melanjutkan perundingan yang  baik dan jujur yang baru saja kita mulai dalam upaya untuk mencapai perjanjian perdamaian bersejarah di antara kedua bangsa," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan pada Senin pagi, seperti dikutip AFP, beberapa menit setelah mengakhiri 10 bulan moratorium pembangunan permukiman Yahudi.

Abbas, tetap pada posisinya, mendesak Netanyahu kembali memberlakukan larangan pembangunan. "Presiden Abbas ingin melanjutkan perundingan, tetapi Netanyahu harus mengambil keputusan untuk membekukan permukiman dalam rangka menciptakan suasana yang tepat untuk melanjutkan perundingan damai," kata juru bicara Abbas, Nabil Abu Rudeina, kepada AFP di Paris.

Amerika Serikat (AS) juga kembali menuntut Israel untuk tetap membekukan pembangunan permukiman baru. AS mengatakan, posisinya dalam masalah itu tidak berubah. "Kami tetap berhubungan erat dengan kedua belah pihak dan akan bertemu dengan mereka lagi dalam beberapa hari mendatang," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, PJ Crowley. "Kami tetap fokus pada tujuan negosiasi, yaitu menuju solusi dua negara dan mendorong para pihak untuk mengambil tindakan konstruktif terhadap tujuan itu," katanya.

Abbas telah berulang kali memperingatkan akan keluar dari pembicaraan perdamaian yang diluncurkan kembali awal bulan ini jika Israel kembali membangun permukiman di Tepi Barat yang diduduki. Namun, ia tampaknya agak mengendur, Minggu, dengan mengatakan akan bertemu dengan para diplomat puncak Arab pada 4 Oktober sebelum memutuskan langkah berikutnya.

Pernyataan Netanyahu tidak secara langsung menyebutkan pelanjutan pembekuan permukiman, tetapi mengakui adanya kesibukan diplomatik yang ditujukan untuk menyelamatkan proses perdamaian yang baru saja dimulai lagi. "Sejak hari ini dan dalam beberapa hari, Perdana Menteri Netanyahu mengadakan kontak intensif dengan Menteri Luar Negeri AS (Hillary) Clinton dan para pejabat Amerika lainnya," kata pernyataan tersebut. Pernyataan itu juga menambahkan bahwa Netanyahu telah berbicara dengan Presiden Mesir Hosni Mubarak dan Raja Abdullah II dari Jordania.

Di Washington, Crowley mengatakan, Clinton berbicara dengan Netanyahu dan Tony Blair, perwakilan dari kuartet asing yang secara aktif terlibat dalam pembicaraan. AS, Uni Eropa, Rusia, dan PBB membentuk kuartet tersebut.

Pada saat yang sama, utusan perdamaian Timur Tengah Senator George Mitchell dan Asisten Menlu Jeff Feltman berunding di New York pada hari Minggu dengan perunding Palestina, Saeb Erekat. "Kami terus mendorong perundingan untuk berlanjut," kata Crowley dalam sebuah pernyataan.

Namun, sebuah pelanjutan skala luas pembangunan permukiman hampir pasti akan memaksa Abbas untuk menghentikan pembicaraan, tetapi Israel berharap dia akan memberi toleransi bagi konstruksi skala kecil. Netanyahu mendesak para pemukim "menahan diri dan tanggung jawab" setelah moratorium itu berakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com