Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuan Bukan Biang Keladi

Kompas.com - 23/09/2010, 19:41 WIB

KOMPAS.com — Perdana Menteri China Wen Jiabao tampil membela merosotnya nilai yuan. Dia melakukan hal ini untuk menjawab tudingan sementara kalangan di Amerika Serikat. "Defisit perdagangan AS dan China bukan lantaran nilai yuan terlalu rendah," katanya dalam pidato di sela-sela pertemuan puncak PBB.

Menurut laporan Xinhua kemarin, Jiabao mengatakan hal ini di depan para pemimpin bisnis AS sebelum dia bertemu dengan Presiden Barack Obama di New York. "Kondisi untuk melakukan apresiasi renminbi (yuan) tidak memungkinkan," kata Wen.

"Alasan utama defisit perdagangan AS dengan China bukan nilai tukar renminbi, melainkan struktur perdagangan dan investasi di antara kedua negara," imbuhnya.

Sebuah Komisi DPR Amerika, Jumat (17/9/2010), akan melakukan pemungutan suara tentang RUU mata uang yuan. Mereka akan memberlakukan sanksi kepada China bila negara itu tidak mengambil langkah-langkah agar nilai yuan menguat.

Seorang staf anggota DPR dari pihak Demokrat mengatakan, seluruh dewan akan melakukan pemungutan suara mengenai RUU ini pekan depan. "Sudah saatnya Kongres menyetujui legislasi yang memberi kekuatan kepada pemerintah, baik dalam perundingan bilateral maupun multilateral dengan China," kata Ketua DPR Nancy Pelosi, Rabu.

Awal minggu ini, Presiden Obama mengatakan bahwa nilai tukar yuan lebih rendah dari nilai seharusnya apabila melihat kondisi pasar. "Jadi, mereka diuntungkan. Kami akan terus mendesak tentang masalah ini dan semua persoalan dagang di antara kita dan China," kata Obama.

Namun, Wen merasa yakin bahwa semua perselisihan dalam perdagangan Amerika dan China bisa diselesaikan. Dia mengatakan, China menginginkan Amerika yang kuat dan stabil, begitu juga sebaliknya. "Nilai tukar yuan bukan satu-satunya sumber ketegangan antara China dan Amerika," Jiabao menegaskan.

Beijing juga memperingatkan Amerika agar tidak campur tangan dalam sengketa teritorial di Laut Cina Selatan. Sementara itu, China juga marah kepada Amerika soal penjualan senjata ke Taiwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com