Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Krisis Pangan

Kompas.com - 01/09/2010, 04:08 WIB

Oleh Didik J Rachbini

Hanya selang beberapa tahun, isu krisis pangan sudah menghantui kembali banyak negara pada saat ini.

Sebelumnya, ketika harga minyak naik dan terjadi krisis energi, ketersediaan pangan terganggu karena pasokan energi dikerahkan dari energi hijau sehingga mengurangi lahan untuk tanaman pangan. Produksi pangan bersinggungan dan bersaing dengan produksi tanaman untuk energi hijau. Tidak hanya itu, krisis energi beberapa tahun lalu memicu harga pangan naik sehingga akses golongan bawah terhadap pangan menurun. Beberapa negara akhirnya juga menghadapi masalah dan krisis sosial politik karena protes sosial dari masyarakat golongan bawah tersebut. Krisis pangan akhirnya mengguncang suatu sistem pemerintahan dan politik.

Itulah gambaran betapa pentingnya memastikan keamanan pangan di dalam negeri. Isu ini terkait kenyataan akhir- akhir ini di mana ketersediaan pangan dunia mulai mengkhawatirkan. Isu pangan dunia kembali hangat dan mulai banyak pihak mengingatkan kemungkinan krisis pangan yang bisa menimpa sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Kompleksitas dan ancaman krisis pangan saat ini bukan hanya disebabkan oleh pertambahan penduduk dunia yang makin sulit dikendalikan, tetapi lebih dari itu, kondisi alam saat ini juga kurang bersahabat dengan sektor pertanian. Berbagai bencana alam yang terjadi di negara-negara yang terkenal sebagai lumbung pangan menyebabkan penurunan dalam produksi dan pasokan pangan global.

Perubahan iklim ekstrem di Rusia dengan suhu yang mencapai 38 derajat celsius telah menyebabkan kekeringan pada lahan pertaniannya. Rusia akhirnya membuat kebijakan pengamanan pasokan pangan dalam negeri dengan cara menutup ”keran” ekspornya. Kebijakan dan keputusan Rusia ini berpengaruh terhadap pasar pangan dunia yang cenderung menciut dan tidak fleksibel. Karena alasan politik pangan dan stabilitas pasokan, negara-negara lain terpicu untuk melakukan tindakan dan kebijakan yang sama.

China sebagai salah satu negara lumbung pangan besar sekarang ini juga tengah mengalami bencana banjir sangat besar. Bencana ini merusak lahan pertanian dan menggagalkan sebagian panen padinya. Akibat banjir ini, China memutuskan untuk impor kebutuhan pangannya sebanyak 1 juta ton beras untuk saat ini maupun cadangan beberapa bulan dan beberapa tahun mendatang.

Kebijakan pangan China ini, dan juga Rusia sebelumnya, memicu kenaikan harga beras dunia. Kondisi harga ini diperkirakan akan semakin parah seiring dengan kebijakan Vietnam yang mengambil tindakan serupa dengan langkah Rusia, yakni lebih memprioritaskan kebutuhan domestiknya daripada mengekspor ke negara lain. Padahal, Vietnam adalah bintang pemain baru dalam pasar beras dunia dan termasuk kelompok negara pengekspor yang besar di dunia.

Jangan menggampangkan

Dalam menghadapi keadaan genting pangan dunia dan bahkan ancaman, Pemerintah Indonesia masih bersikap tenang seolah-olah dengan sendirinya pasokan beras dalam negeri bisa mengatasi permintaan dalam negeri. Bahkan, tidak ada kebijakan khusus yang dilakukan sebagai tindakan preventif untuk menangkal kemungkinan ancaman krisis pangan tersebut. Tidak ada antisipasi kebijakan yang memadai, hanya pembiaran sebagaimana terjadi pada bidang lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com