Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aib AS di Zaman Modern

Kompas.com - 31/08/2010, 05:29 WIB

KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Barack Obama benar-benar memenuhi janjinya kepada para pemilihnya pada pemilu presiden dua tahun lalu. Obama Sabtu lalu menegaskan, AS akan mengakhiri secara resmi tugas tempur di Irak pada Selasa (31/8) ini.

Obama menyatakan perang telah mencapai titik akhir setelah tujuh tahun (sejak 2003). Obama mengatakan, Irak kini mampu menentukan sendiri jalan masa depannya. Ini jauh dari kenyataan.

Obama mengungkapkan, sisa anggota pasukan AS di Irak, saat ini kurang dari 50.000, hanya berfungsi memberi bantuan logistik dan latihan kepada pasukan Irak, bukan tugas tempur.

Dijadwalkan sisa pasukan AS itu akan ditarik secara keseluruhan pada Desember 2011, sesuai pakta keamanan AS-Irak yang ditandatangani pada Januari 2009. Dalam pakta keamanan itu, AS kelak diizinkan membangun empat pangkalan militer secara permanen di Irak. Letaknya telah disetujui.

Empat pangkalan militer AS di Irak itu memperkuat gugusan pangkalan militer AS yang tersebar di seluruh kawasan Teluk Arab, mulai dari Kuwait, Arab Saudi, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, hingga Oman.

Penarikan sebagian besar pasukan AS dari Irak itu merupakan keputusan ”cerdik” karena bertujuan mencegah kerugian. Namun, faktanya AS hanya mengubah taktik di Irak, yakni menghentikan kerugian. Brigjen (Pur) Adnan Hassan Latif dari militer Irak mengatakan, mundurnya sebagian besar pasukan AS itu bukan penarikan, tetapi lebih berupa lari dari kerugian terus-menerus.

Kantor berita Associated Press menyebutkan sebuah penjara berbiaya 40 juta dollar AS di utara Baghdad kosong melompong. Sebuah rumah sakit anak-anak berbiaya 165 juta dollar AS di selatan benar-benar tak digunakan. Sebuah proyek penjernihan air di Fallujah berbiaya 100 juta dollar AS atau tiga kali lipat dari seharusnya. Sejumlah proyek drainase menggantung.

Dengan perginya AS, banyak tumpukan sampah yang tertinggal percuma, termasuk proyek- proyek yang menggantung. Hasil migas Irak juga tidak jelas.

Harian Los Angeles Times juga mempertanyakan nasib dana 53 miliar dollar AS untuk pembangunan kembali Irak yang sama sekali tidak menunjukkan hasil di lapangan.

Korban tewas dan eksodus

Sebanyak 4.415 anggota pasukan AS tewas di Irak sejak invasi ke negara itu tahun 2003. Artinya, hampir ada dua anggota pasukan AS yang tewas di Irak setiap hari sejak 2003.

Ada 4 juta warga Irak tergusur dan 2 juta warga pada umumnya berada di Jordania dan Suriah, bukan di AS, Inggris, atau di negara-negara sekutu AS yang menyerang Irak. Sebanyak 2 juta orang lagi ada di Irak, tetapi tak di rumah asal mereka lagi. Ribuan warga Irak tewas dan ribuan lagi cacat permanen.

Ada pula skandal Abu Ghraib, penyiksaan oleh tentara AS, negara penjunjung hak asasi manusia, kepada warga Irak. Ini adalah aib di zaman modern akibat ulah AS di Irak, yang diprakarsai mantan Presiden George W Bush. Obama hanya ketiban beban.

Harian Inggris, The Guardian, Sabtu, menuliskan, AS gagal memperbaiki kondisi kehidupan rakyat Irak yang memburuk pasca-invasi AS dibandingkan dengan era Saddam Hussein.

Secara strategi, AS pun banyak mengalami kedodoran di Irak. Pengaruh Iran malah menguat di Irak. Kelompok Al Qaeda dan loyalis Partai Baath tak punah. Demokrasi yang dijanjikan AS akan ditegakkan di Irak justru memperkuat sentimen sektarian.

Irak gagal membentuk pemerintah baru sejak pemilu pada Maret lalu meskipun telah ada intervensi AS.

Di dalam negeri AS, perang Irak membuat pamor pemerintahnya anjlok. Jajak pendapat yang dilakukan lembaga The Gallup pada 20 Agustus menunjukkan sebagian besar warga AS mengatakan perang AS di Irak gagal.

Sebanyak 55 persen responden mengatakan, AS keliru mengirim pasukan ke Irak. Sebanyak 61 persen responden pesimistis aparat keamanan Irak mampu menghadapi kelompok pemberontak dan mengendalikan keamanan di negeri itu.

Para analis menyebutkan, AS telah terperangkap di Irak seperti terjadi di Vietnam.

Kini pejabat militer dan politik Irak meragukan kesiapan dan kemampuan aparat keamanan Irak mengendalikan keamanan di Kota Baghdad dan kota-kota lain di Irak pasca-mundurnya pasukan tempur AS itu.

Dubes AS untuk Irak James F Jeffrey menegaskan, penarikan pasukan AS dari Irak bukan berarti AS secara strategi akan meninggalkan negeri itu.

Namun, mantan penguasa AS di Irak, Paul Bremer, mengatakan, AS hendaknya terus memainkan peran memperkuat demokrasi di Irak pasca-mundurnya pasukan AS. Bisakah AS menegakkan demokrasi di Irak? (AP/REUTERS/AFP/MTH/MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com