Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Aborigin di Parlemen

Kompas.com - 31/08/2010, 03:07 WIB

Sydney, Senin - Ken Wyatt, seorang pria Aborigin, Senin, tampaknya hampir pasti mendapat kemenangan untuk menjadi pria penduduk asli pertama yang memenangi sebuah kursi di House of Representatives, Majelis Rendah Parlemen Australia.

Ken Wyatt dari Partai Liberal Konservatif unggul tipis di daerah pemilihan Hasluck, Australia Barat, setelah 93 persen suara dihitung. Pesaingnya, Sharryn Jackson, dari Partai Buruh yang kiri-tengah, tidak mempunyai kemungkinan menang.

Australia telah memilih dua orang Aborigin untuk parlemen federal, keduanya di Senat. Neville Bonner bertugas di Senat dari 1971 sampai 1983 dan Aden Ridgeway dari 1999 sampai 2005.

Wyatt percaya pencapaiannya dalam hidup membuat orang memilihnya dalam pemilu pada 21 Agustus lalu.

”Lima puluh tahun lagi, sejarawan dan orang-orang akan menganalisis mengapa Hasluck memilih seorang kandidat penduduk asli dan apa yang mereka temukan adalah bahwa mereka tidak memilih seorang kandidat penduduk asli karena saya seorang penduduk asli,” kata Wyatt kepada wartawan di Perth, Minggu. ”Mereka memilih seseorang yang mereka yakin akan mewakili kepentingan semua orang di dalam Hasluck.”

Baik Partai Liberal maupun Partai Buruh tidak mendapatkan cukup kursi untuk mencapai mayoritas dalam majelis dengan 150 anggota itu.

Kedua partai kini sedang bernegosiasi dengan sejumlah anggota parlemen independen pemegang kunci untuk memutuskan partai mana yang membentuk pemerintahan Australia berikutnya.

Memberi guru apel

Bagi Wyatt, tak hanya dukungan yang diterimanya. Sejak dia menyatakan kemenangan, mantan Direktur Kesehatan Aborigin Western Australia dan New South Wales itu telah menerima sekitar 50 e-mail dan posting di website dari pemilih yang marah yang mengatakan mereka tidak akan memberikan suara bagi dia seandainya mereka tahu bahwa Wyatt adalah seorang Aborigin.

”Itu tidak mengganggu saya,” kata Wyatt (58) kepada Sky News mengenai komentar-komentar rasis itu. ”Sepanjang hidup, saya mengalami tajamnya ejekan-ejekan rasis yang diarahkan kepada saya, tetapi ketika saya bandingkan dengan ratusan e-mail dan telepon yang saya terima, itu hanyalah sangat kecil dalam kerangka yang lebih besar,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com