Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tenaga Kerja di Malaysia

Kompas.com - 28/08/2010, 14:12 WIB

Sleman, Kompas - Murti Ningsih (21), tenaga kerja Indonesia yang meninggal di Malaysia 15 Agustus lalu, Jumat (27/8) dimakamkan di dusunnya, Kandangan, Margodadi, Seyegan. Untuk sementara, polisi Malaysia menduga ia dibunuh suaminya. Visum kedua untuk memperkuat dugaan ini sudah dilakukan dengan hasil September mendatang.

"Menurut keterangan polisi Malaysia, Ningsih dibunuh. Namun ini baru dugaan sementara, perlu bukti lain," ujar Diah Andarini, Kepala Seksi Perlindungan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3 TKI) Yogyakarta.

Surat dari kepolisian Malaysia yang diterima keluarga menyebut Ningsih mati dibunuh. Jenazahnya ditempatkan di Rumah Mayat Hospital University Kebangsaan Malaysia. Namun, hasil visum pertama menyebut tak ada tanda Ningsih dibunuh. Meski demikian, rumah sakit sudah melakukan pemeriksaan ulang.

Ningsih diduga dibunuh suaminya di rumah sewanya di wilayah Cheras, Malaysia. Menurut keluarga Ningsih, suami Ningsih bernama Muldianysah asal Aceh. Pasangan yang tinggal di Malaysia ini punya anak bernama Putra (6 bulan).

Riyanto, paman Ningsih, mengatakan, tak ada yang tahu di mana suami Ningsih sekarang. Telepon selulernya sudah dihubungi berkali- kali, tapi tidak aktif. Tiga tahun di Malaysia, Ningsih belum pernah pulang ke kampung halamannya. Kontak hanya lewat telepon. Terakhir mengontak rumah dua pekan sebelum bulan puasa.

Ningsih bekerja sebagai TKI legal di Binakott, perusahaan elektronik di Malaysia 30 Juli 2007-30 Juli 2009. Binakott sudah membelikan tiket pesawat, dan mengantar ke Bandara Kuala Lumpur. Namun, Ningsih tak pulang dan menetap di Cheras.

Kepada keluarga di Sleman, Ningsih mengatakan, kontrak kerjanya diperpanjang, tetapi bekerja di perusahaan lain. Menurut Diah, Ningsih hamil dan sesuai aturan perusahaan, tidak diperbolehkan. Karenanya, Ningsih dipulangkan, kontrak kerjanya dihentikan.

Ana (21), teman korban di SMK 17-1 Seyegan yang juga teman satu asrama Binakott, Selangor, mengatakan, Ningsih pergi dari asrama Juli 2009 lalu. "Sesudah itu saya baru dengar kabar Ningsih sudah menikah dan punya anak," ujar Ana yang juga melayat.

Keluarga dan teman-teman mengenal Ningsih pendiam dan jarang ke luar rumah. Menurut Riyanto, tak pernah Ningsih mengeluh tentang kondisinya. Setiap telepon ke rumah, selalu dilakukan bertiga. Keluarga menyerahkan semua urusan pada polisi dan perwakilan pemerintah Indonesia. Pemulangan jenazah Ningsih dibiayai sejumlah instansi dan lembaga pemerintah. (PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com