Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendesak, Kebutuhan 'Nanocenter' di Indonesia

Kompas.com - 22/08/2010, 15:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Potensi pengembangan dan penerapan teknologi nano pada berbagai produk di Indonesia semakin menjanjikan. Meski demikian, belum banyak riset-riset teknologi nano yang pada akhirnya betul-betul dimanfaatkan secara masif pada berbagai produksi massal. 

Masyarakat Nano Indonesia (Indonesian Society for Nano) menilai perlu adanya wadah khusus dari pemerintah sebagai pusat riset, pengembangan, dan penerapan teknologi nano. "Kalau mau fokus, sebenarnya yang diperlukan saat ini adalah adanya semacam nanocenter. Di negara yang punya teknologi tinggi selalu ada nanocenter. Nah, di kita, itu yang belum ada," kata Nur Hendrasto selaku Sekretaris Koordinator Masyarakat Nano Indonesia saat ditemui di Ritech Expo, Jakarta Convention Center, Minggu (22/8/2010). 

Nur menjelaskan, teknologi nano sudah dikenal luas di negara-negara maju. Indonesia sebagai negara berkembang sebenarnya sudah menyadari potensi keuntungan yang bisa dihasilkan dengan penerapan teknologi nano. "Tapi sayangnya kita belum benar-benar fokus mengembangkan nano ini. Misalnya, tembaga pada produk-produk elektronik, kita bisa mendapat keuntungan yang besar bila diterapkan dengan teknologi nano," tuturnya. 

Fasilitas dan nilai riset nano yang diberikan pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi serta Kementerian Perindustrian, ungkap Nur, nilainya masih jauh dengan alokasi dana riset nano di negara-negara maju lainnya. "Di kita itu tidak sampai Rp 1 triliun. Seharusnya jangan dilihat dari alokasi dana yang dikeluarkan, tapi potensi keuntungan yang bisa dihasilkan dengan pengembangan teknologi nano," ujarnya. 

Menurut Nur, adanya nanocenter akan memungkinkan pengembangan teknologi nano secara menyeluruh. Ia menjelaskan, teknologi nano tidak sebatas riset-riset, tetapi harus bisa diaplikasikan secara massal pada berbagai produk.

"Ada empat fungsi yang bisa dijalankan dari nanocenter itu, yaitu fungsi riset, fungsi inkubasi yang mengembangkan hasil riset untuk dikembangkan ke produk-produk, fungsi edukasi, dan fungsi konsultasi," ujarnya.

Melalui nanocenter, pengadaan bahan baku nano juga bisa dikembangkan. Sejauh ini, Indonesia masih kesulitan mengembangkan teknologi nano karena bahan bakunya masih impor. "Padahal kita punya potensi penghasil bahan baku nano yang besar," tuturnya.

Nur berujar, Masyarakat Nano Indonesia juga terus memperluas edukasi teknologi nano kepada masyarakat luas. Tahun ini, Masyarakat Nano Indonesia telah mengadakan kerja sama dengan sejumlah institusi pendidikan tinggi untuk memperluas cakupan riset dan edukasi nano ke berbagai daerah.

"Intinya, kita ingin teknologi nano ini semakin meluas di masyarakat. Tidak hanya terpusat di Jakarta, tapi juga di daerah-daerah, masyarakat bisa mengenal dan mengembangkan nano," ujarnya.

Hingga kini Masyarakat Nano Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Universitas Sriwijaya dan Universitas Dipenogoro untuk pengembangan riset nano teknologi di luar Jakarta. "Di level bawah, kita juga bikin klub mahasiswa nano di Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Institut Pertanian Bogor, Universitas Dipenogoro, Universitas Negeri Solo, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas Sriwijaya," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com