Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Siap Pemilu

Kompas.com - 20/08/2010, 03:25 WIB

Sydney, Kamis - PM Australia Julia Gillard akan berjuang mempertahankan karier politiknya dalam pemilu hari Sabtu yang bisa membuatnya menjadi salah satu penguasa tersingkat negara itu. Gillard, yang naik setelah menyingkirkan pemimpin terpilih Kevin Rudd, diperkirakan unggul sangat tipis dari saingannya pemimpin oposisi Tony Abbott.

Namun, seandainya Gillard kalah, itu akan membuat Partai Buruh sebagai pemerintah pertama yang hanya bertahan satu periode sejak Perang Dunia II dan mereka harus mengembalikan kekuasaan pada Koalisi Liberal/Nasional setelah kurang dari tiga tahun.

Itu juga akan mengakhiri sebuah masa pergolakan dramatis dalam dunia politik Australia, dimulai dengan turunnya rating dukungan pada Kevin Rudd yang pernah semula populer dan diramaikan dengan tersingkirnya pemimpin terpilih itu secara spektakuler pada bulan Juni.

”Ketika saya menjadi perdana menteri, saya mengatakan kepada rakyat Australia saya akan segera meminta diadakannya pemilu sehingga rakyat bisa menyatakan pendapatnya,” kata Gillard pada hari Rabu. ”Setiap orang bisa menyatakan pendapatnya hari Sabtu ini.”

Jajak pendapat Newspoll paling akhir memberikan keunggulan kepada mantan pengacara industri itu 52-48 persen atas Abbott. Namun, dengan sekitar 40 kursi yang belum pasti dalam majelis rendah 150 kursi itu, persaingan itu sangat ketat.

Haydon Manning, ketua ilmu politik Flinders University, Adelaide, mengatakan, pemilu itu— yang merupakan keharusan bagi sekitar 14 juta pemilih—bisa merupakan yang terketat dalam puluhan tahun.

”Bagi banyak pemilih rata-rata, Gillard dan Abbott bukan nama yang mereka kenal dengan baik. Pada tahap ini ada banyak pemilih yang belum memutuskan dan apa pun bisa mengubah pikiran mereka.”

Salah satu medan tempur penting dalam pemilu pekan ini adalah pandangan Gillard dan Abbott yang bertentangan mengenai jaringan broadband nasional.

Gillard ingin melihat sebuah jaringan broadband optik supercepat senilai 43 miliar dollar terbentang di negara luas yang berpenduduk 22 juta jiwa itu.

Abbott ingin menghapus rencana yang baru itu karena menginginkan sebuah ”tulang punggung” senilai 6,3 miliar dollar untuk digunakan oleh perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang bersaingan, yang terutama menyediakan teknologi nirkabel yang lebih murah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com