Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kulit Putih Kuasai Politik Australia

Kompas.com - 09/08/2010, 08:36 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com — Meski memiliki masyarakat asli Aborigin dan warga Asia dalam jumlah besar, panggung politik Australia masih dikuasai ras kulit putih (Kaukasoid). Menjelang pemilihan umum mendatang di Australia, hanya beberapa kandidat keturunan Asia dan Aborigin yang tampil.

Dari Sydney, Australia, warga Asia dan Asia Selatan terlihat hidup bersama kulit putih. Namun, keberagaman tidak terlihat di dunia politik Australia. Sebagian besar pemimpin politik Australia adalah pria kulit putih setengah baya.

Anggota Parlemen Australia kelahiran Malaysia, Penny Wong, menjadi satu-satunya wajah Asia saat ini. Lebih separuh calon anggota parlemen dari dua partai besar Australia hanya memiliki belasan keturunan Asia dari daftar 300 nama kandidat.

Lebih ironis lagi, calon legislatif dari warga Aborigin hanya satu orang, yakni Tauto Sansbury, yang dijagokan Partai Buruh. Kenyataan itu menimbulkan keprihatinan. Aborigin diyakini sudah puluhan ribu tahun menghuni Australia. ”Saya maju untuk mencoba dan mendorong masyarakat Aborigin untuk lebih terlibat di dunia politik,” kata Sansbury.

Sejarah migrasi Asia ke Australia diawali demam emas. Warga China dan Jepang berdatangan pada akhir 1800-an. Banjir pendatang Asia selanjutnya diikuti pengungsi Perang Vietnam dan aktivis mahasiswa China pascatragedi Tiananmen tahun 1989. Ada pula pencari suaka asal Timor Leste, Indonesia, Sri Lanka, dan Afganistan.

Dewasa ini, banyak mahasiswa India dan China bermukim di Australia. Porsi warga Asia di Australia kini mencapai 10 persen dari total penduduk sebanyak 22,4 juta jiwa.

Kandidat Partai Liberal, John Nguyen, menjadi contoh wakil warga Asia dari pengungsi perang Vietnam. Dia melarikan diri dengan perahu saat berusia lima tahun, pernah ditampung di kamp pengungsi di Malaysia tahun 1980 sebelum diterima di Australia.

”Waktu melarikan diri dengan perahu, kami diserang bajak laut tujuh kali,” ujar Nguyen yang menjadi wakil dari wilayah Chisholm yang multiras.

Tidak toleran dan rasialis Dia menyarankan, pemerintahan dan dunia politik di Australia agar lebih multirasial. Kondisi itu akan menguntungkan Australia dalam peran regional di Asia-Pasifik. ”Saya mengenal banyak orang Singapura, Malaysia, dan Hongkong yang merasakan sikap antiimigran dari kelompok kulit putih Australia. Mereka berbicara tentang Pauline Hanson yang dianggap rasis terhadap orang Asia,” kata Nguyen.

Keturunan Asia menilai Australia merupakan negeri yang tidak toleran terhadap imigran. ”Itu tidak benar karena Australia sejatinya adalah negeri imigran,” ujar Nguyen.

Pauline Hanson terpilih sebagai anggota parlemen pada tahun 1996 karena mengusung tema antiimigran. Dia dalam pidato perdananya di parlemen mengatakan, Australia terancam imigran Asia. Australia dicap rasis karena pernah menerapkan kebijakan Australia Putih yang membatasi imigran Asia hingga pertengahan tahun 1970-an.

Belum lama ini terjadi gelombang serangan fisik terhadap mahasiswa asal India. Serangan fisik itu memicu kecaman dari media massa. Pada saat bersamaan, Partai Liberal dan Partai Buruh berniat mencegat manusia perahu memasuki Australia.

Pakar Sosiologi Universitas Teknologi Sydney, Andrew Jakubowicz, mengatakan, politisi nonkulit putih sering diganjal dalam proses seleksi partai. ”Lebih mudah bagi nonkulit putih terpilih di tingkat federal daripada di tingkat distrik tempat tinggalnya. Warga Asia hidup terpencar sehingga sulit mendapatkan suara bulat,” kata Jakubowicz.

Kandidat Partai Buruh, Joy Banerji, yang pernah menjadi wali kota kelahiran India pertama di Australia, mengatakan perlu waktu agar imigran nonkulit putih dapat tampil di panggung politik Australia. (AFP/ONG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com