Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Biarkan Irak Hancur

Kompas.com - 06/08/2010, 15:24 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Mantan wakil Saddam Hussein, Tareq Aziz, Jumat (6/8/2010), menuduh Presiden Amerika Serikat membiarkan Irak hancur karena tetap akan menarik pasukan tempur walaupun aksi kekerasan meningkat dalam waktu belakangan ini.      Dalam wawancara dengan surat kabar Guardian, Inggris, mantan Wakil Perdana Menteri Irak itu mengatakan, Amerika Serikat harus tetap berada di negara ini untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukannya sejak invasi tahun 2003.      "Kami semua korban Amerika dan Inggris," katanya kepada surat kabar itu dari sel penjaranya di Baghdad, dalam wawancara pertamanya sejak ia ditangkap segera setelah jatuhnya Baghdad lebih dari tujuh tahun lalu.      "Mereka menghancurkan negara kami dalam banyak cara. Apabila Anda membuat satu kesalahan, Anda harus mengoreksi kesalahan itu, jangan membiarkan Irak hancur," imbuhnya.      Pernyataan itu diucapkan setelah Presiden AS Barack Obama pekan ini mengonfirmasikan bahwa AS akan mengakhiri misi tempurnya di Irak sesuai rencana pada 31 Agustus, walaupun jumlah korban pada Juli menunjukkan bulan yang paling banyak korban jiwa di negara itu dalam lebih dari dua tahun.      Aziz, yang tampil di forum dunia mewakili rezim Saddam Hussein selama bertahun-tahun, selanjutnya mengatakan, Irak kini adalah sebuah negara yang lebih buruk ketimbang sebelum invasi yang dipimpin AS. "Selama 30 tahun Saddam membangun Irak dan kini hancur. Lebih banyak yang sakit dan kelaparan ketimbang sebelumnya," kata Aziz.      "Rakyat tidak mendapat layanan. Orang dibunuh setiap hari dalam jumlah puluhan dan bahkan ratusan," ujarnya.      "Saya lega ketika (Barack Obama) terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat karena saya kira ia akan mengoreksi beberapa kesalahan  Bush. Tetapi, Obama adalah orang munafik. Ia meninggalkan Irak kepada serigala-serigala," tudingnya.      Data yang disiarkan Pemerintah Baghdad, Sabtu, menunjukkan bahwa 535 orang tewas pada Juli, termasuk 396 warga sipil, 89 polisi, dan 50 tentara. Jumlah itu adalah yang tertinggi untuk satu bulan sejak Mei 2008 ketika 563 orang tewas dalam aksi kekerasan.      Aziz juga melakukan pembelaan kuat terhadap Saddam Hussein, yang menegaskan bahwa pandangan Barat terhadap dia keliru. "Saddam tidak berbohong. Ia tidak mengubah fakta-fakta. Ia adalah orang yang saya sangat hormati dan cintai. Ia adalah seorang yang sejarah akan menunjukkan mengabdi pada negaranya. Saddam membangun negara itu dan mengabdi pada rakyat. Saya tidak bisa menerima pendapat  (Barat) bahwa ia bersalah," katanya.      Aziz, 73 tahun, menyerahkan diri kepada pasukan AS pada April 2003 dan adalah satu dari beberapa pengikut penting Saddam yang masih hidup. Ia diangkat menjadi wakil perdana menteri tahun 1991, sebelumnya ia adalah menteri luar negeri. Pada tahun 2009, ia dipenjarakan selama 15 tahun karena dituduh terlibat pembunuhan dan dijatuhi hukuman tujuh tahun pada Agustus 2009 atas perannya dalam mengusir warga Kurdi dari wilayah Irak utara. Keluarga Aziz berulang-ulang menyerukan pembebasannya atas alasan-alasan kesehatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com