Gillard Dukung Santa Pertama Austalia

SYDNEY, KOMPAS.com - PM Australia Julia Gillard yang secara terbuka menyatakan dirinya ateis, Jumat (6/8), menyatakan dukungannya bagi calon santa (orang suci) pertama negara itu, Mary MacKillop.

Gillard mengatakan, kanonisasi (proses resmi berdasarkan tradisi Katolik) MacKillop menjadi santa pada Oktober mendatang akan merupakan "perayaan besar" untuk bangsa Australia. Pada acara makan malam pengumpulan dana di Sydney Kamis malam, Gillard menjanjikan dana 1,5 juta dollar bagi perayaan pengesahan MacKillop sebagai orang suci pertama untuk Australia.

"Ini akan menjadi sebuah perayaan yang fantastis di seluruh negara, kanonisasi Maria MacKillop," kata Gillard. "Apakah Anda percaya Maria MacKillop orang suci, apakah Anda percaya dia seorang pionir besar Australia yang menyediakan pendidikan untuk anak-anak yang membutuhkan, atau Anda percaya keduanya, inilah saat yang tepat untuk merayakannya."

Meskipun sekularisme diakui dalam konstitusi, kritianitas merupakan keyakinan dominan di Australia. Sebanyak 64 persen dari populasi menyatakan diri mereka menganut Kristen dalam sensus terbaru. Acara-acara di parlemen dimulai dengan doa kepada Tuhan dan saingan utama Gillard untuk pemilu pada 21 Agustus 2010, Tony Abbott, adalah seorang penganut Katolik taat yang pernah dididik untuk menjadi pastor.

Gillard merebut kepemimpinan dari perdana menteri terpilih Kevin Rudd dalam kudeta Juni lalu, dan jika meraih kemenangannya sendiri pada pemilu mendatang, mantan pengacara yang tidak punya anak itu akan menjadi pemimpin perempuan pertama di Australia, juga perdana menteri pertama yang tidak menikah.

Tak lama setelah mengambil alih kekuasaan, Gillard menyatakan ia tidak akan berpura-pura jadi orang beriman, tapi dia harus meraih suara dari orang Kristen untuk memenangkan pemilihan dan menjadi orang ateis pertama yang menduduki posisi penting itu di Australia.

Gillard mengatakan pada acara makan malam Kamis dalam rangka kanonisasi MacKillop bahwa gelar santa untuk MacKillop merupakan hal bersejarah bagi semua warga Australia, bukan hanya untuk lima juta orang Katolik. "Untuk semua warga Australia, bagi negara di mana kita menempatkan kebebasan beragama dalam tindakan sehari-hari dengan menghargai keyakinan orang lain, itu adalah waktu perayaan," katanya.