Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokumen Rahasia Dibocorkan

Kompas.com - 27/07/2010, 08:30 WIB

KAIRO, KOMPAS.com — Situs WikiLeaks, yang fokus menangani dokumen rahasia militer, Minggu (25/7/2010), secara mengejutkan, menampilkan gambar sebuah kehancuran luar biasa yang dilukiskan sebagai perang gagal di Afganistan.

Sejumlah dokumen rahasia yang diungkap situs itu menyebutkan, pasukan multinasional telah membunuh ratusan warga sipil Afganistan tanpa pernah menyampaikan secara terus terang.

Menurut harian The New York Times, dokumen yang dirilis situs WikiLeaks itu berjumlah lebih dari 90.000 dengan menyinggung semua peristiwa dan laporan intelijen tentang konflik selama enam tahun terakhir di Afganistan. Dokumen-dokumen itu, yang juga dikutip harian Inggris The Guardian dan majalah mingguan Jerman Der Spiegel, mengungkapkan, Pakistan memberikan izin kepada dinas intelijen militernya melakukan kontak langsung dengan Taliban di Afganistan.

 AS segera mengutuk publikasi dokumen itu. Adapun Pakistan menolak keras isu hubungannya dengan Taliban di Afganistan.

Pembocoran dokumen rahasia itu bersamaan dengan prediksi Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS Mike Mullen tentang kemungkinan jatuhnya korban lebih banyak dari pasukan NATO di Afganistan dalam pertempuran musim panas ini. Selain itu, NATO juga menyatakan akan melakukan penyidikan segera terhadap laporan tentang tewasnya 45 warga sipil Afganistan akibat gempuran pesawat tempur NATO hari Jumat lalu di wilayah Helmand, Afganistan Selatan.

Sementara itu, The Guardian melukiskan, pembocoran dokumen-dokumen itu merupakan yang terbesar dalam sejarah militer AS. Dokumen tersebut memaparkan gambaran secara rinci tentang pertempuran sengit sejak Januari 2004 hingga Desember 2009, yang menewaskan 320 anggota pasukan Inggris dan lebih dari 1.000 tentara AS.

Dokumen itu menjelaskan pula secara rinci operasi rahasia unit khusus AS yang dikenal dengan nama "Task Force 373", yang menargetkan elite Taliban dan Tanzim Al Qaeda dengan mengusung semboyan "membunuh atau menangkap". Operasi rahasia itu berhasil membunuh aktivis Al Qaeda asal Libya, Abu Laith al-Libi.

Dokumen itu juga mengungkapkan meningkatnya serangan Taliban terakhir ini terhadap pasukan NATO di Afganistan sehingga timbul kekhawatiran dan bahkan kecurigaan pimpinan NATO tentang kemungkinan Pakistan dan Iran bermain mata dengan Taliban.

Harian The New York Times mengatakan, dokumen itu bahkan menyinyalir bahwa Pakistan telah memberikan lampu hijau kepada dinas intelijen militernya berinteraksi langsung dengan Taliban di Afganistan.

Menurut The New York Times, interaksi langsung Taliban dan dinas intelijen militer Pakistan merupakan bagian dari strategi rahasia. Diungkapkan pula, dinas intelijen militer Pakistan mengoordinasi gerilyawan bersenjata untuk memerangi pasukan AS di Afganistan dan bahkan meletakkan rencana konspirasi untuk membunuh sejumlah pemimpin Afganistan.

Hasil riset dari universitas London yang dipublikasikan awal Juli lalu juga mengungkapkan, dukungan terhadap Taliban merupakan kebijakan resmi dinas intelijen militer Pakistan.

AS mengecam Penasihat Keamanan Nasional AS Jim Jones menegaskan, AS mengutuk keras publikasi informasi rahasia dari perorangan ataupun lembaga yang mengancam keamanan nasional AS dan membuat kehidupan warga AS dalam keadaan bahaya.

Ia menambahkan, pihak WikiLeaks tidak pernah mencoba mengontaknya tentang dokumen-dokumen rahasia itu dan AS tidak mengetahui mengenai dokumen rahasia itu kecuali melalui media massa. "Pembocoran yang tak bertanggung jawab itu tidak memengaruhi komitmen kami untuk terus memperkuat koalisi dengan Pakistan dan Afganistan guna mengalahkan musuh kami bersama serta membantu mewujudkan obsesi Pakistan dan Afganistan," tutur Jim Jones.

Duta Besar Pakistan untuk PBB Hussein Haqqani juga menyebut pembocoran dokumen rahasia itu sebagai tak bertanggung jawab. Menurut Haqqani, dokumen itu mengandung informasi yang tidak akurat dan tidak sesuai dengan realitas di lapangan. Ia tegaskan, Pakistan tetap komitmen secara penuh memerangi kelompok radikal.

Haqqani menyatakan lagi, laporan itu tak lebih dari sebuah komentar yang berasal dari satu sumber dan gosip dari sana-sini yang banyak menyebar di wilayah perbatasan kedua negara (Pakistan dan Afganistan), yang kemudian ternyata sering keliru setelah dilakukan penelitian lebih mendalam.

Dubes Pakistan itu menambahkan, Pakistan tetap menganut strategi yang digariskan secara jelas, yaitu memerangi dan membasmi teroris.

"Dinas intelijen sipil ataupun militer Pakistan komitmen mematuhi kebijakan itu," ujar Haqqani. (AP/AFP/mth)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com