Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel Selidiki Insiden Mavi Marmara

Kompas.com - 26/07/2010, 02:35 WIB

YERUSALEM, KOMPAS.com - Dua ahli akan bergabung dalam komite internal Israel yang menyelidiki keabsahan serangan mematikan terhadap armada kapal bantuan tujuan Jalur Gaza.

Pemerintah Israel, Minggu (25/7/2010), mengumumkan, keikutsertaan kedua ahli itu disetujui kabinet Israel pada pertemuan mingguan dan akan membuat jumlah anggota komite tersebut menjadi lima.

Komite itu akan menyelidiki keabsahan serangan angkatan laut Israel terhadap armada kapal bantuan yang berusaha menerobos blokade Israel terhadap Gaza.

Panel yang semula beranggotakan tiga orang yang dipimpin oleh pensiunan hakim Yaakov Tirkel itu mulai menyelidiki serangan 31 Mei pada akhir bulan lalu. Hasil penyelidikan mereka dipantau oleh dua pengamat internasional.

Dua anggota baru yang dimasukkan ke dalam komite tersebut adalah Miguel Deutch, guru besar hukum kelahiran Argentina yang mengajar di Universitas Tel Aviv, dan Reuven Merhav, mantan diplomat karir yang pernah menjadi direktur jendral kementerian luar negeri Israel.

"Mereka memiliki status yang sama dengan anggota-anggota lain panel itu," kata Ofer Lefler, juru bicara Komisi Tirkel.

Panel itu akan mendengarkan kesaksian tersumpah dari para pengambil keputusan tingkat tinggi yang terlibat dalam penyerbuan komando itu, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Ehud Barak dan Kepala Staf Gabi Ashkenazi, dalam serangkaian dengar pendapat umum yang dimulai pada 9 Agustus.

Namun, mandat komite itu akan dibatasi pada pengkajian masalah legalitas internasional, dan mereka tidak akan menyelidiki proses pengambilan keputusan yang mengarah pada operasi mematikan itu.

Pasukan komando Israel menyerbu kapal-kapal dalam armada bantuan yang menuju Jalur Gaza pada 31 Mei. Sembilan aktivis Turki pro-Palestina tewas dalam serangan di salah satu kapal itu.

Hubungan Israel-Turki terperosok ke tingkat terendah sejak kedua negara itu mencapai kemitraan strategis pada 1990-an akibat insiden tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com