Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Tak Henti Lembah "Sinar Harapan"

Kompas.com - 23/07/2010, 10:00 WIB

KOMPAS.com - Sudah enam pekan wilayah Kashmir, India, dilanda konflik. Rakyat, polisi, tentara, dan militan-separatis terlibat dalam konflik yang diwarnai kekerasan senjata. Padahal, karena sifat dasar warganya yang cinta damai, Mahatma Gandhi dahulu menjuluki Kashmir sebagai ”sinar harapan dalam kegelapan”.

Gejolak enam pekan ini terus meningkat sejak tewasnya seorang pelajar berusia 17 tahun dalam unjuk rasa pada 11 Juni di Srinagar, kota terbesar di Lembah Kashmir. Pelajar itu tewas akibat tembakan gas air mata dari polisi antihuru-hara.

Srinagar menjadi fokus aksi. Sejak kematian pelajar itu, gelombang unjuk rasa, aksi protes terhadap aparat keamanan, perusakan, dan juga kontak senjata terjadi hampir setiap hari. Aparat keamanan yang berjuang untuk mengendalikan gelombang protes dituduh telah menewaskan 17 warga sipil dalam tempo kurang dari sebulan.

Aksi damai di jalan kemudian berubah menjadi ajang kekerasan senjata, bahkan kontak senjata antara aparat keamanan negara dan kelompok militan serta separatis. Tidak hanya menewaskan militan atau separatis, tetapi ada juga polisi dan tentara yang terbunuh. Aparat memberlakukan jam malam di Srinagar, kota musim panas itu.

Protes yang dimulai di Srinagar lalu meluas ke beberapa kota di sekitarnya, termasuk Baramulla. Hari Senin (19/7), ratusan kaum muda yang disebut generasi ”Facebook dan YouTube”—umumnya anak remaja berusia di bawah 20 tahun—pun menggelar unjuk rasa. Sambil melemparkan batu ke aparat, mereka berteriak, ”Enyahlah India. Kami ingin kemerdekaan.”

Dalam konflik terbaru itu pun petugas kembali menggunakan senjata tajam. Satu pemuda dilaporkan tewas. Sekitar 13 pemrotes lain terkena luka tembak setelah aparat gagal menghalau dengan pentungan dan tembakan gas air mata. ”Polisi menembak setelah pentungan dan bom gas air mata gagal membubarkan pengunjuk rasa,” kata seorang perwira.

Bentrokan senjata dengan kelompok militan atau separatis terus meningkat. Salah satu tokoh militan Kashmir India ”paling dicari”, Nouman, ditembak mati dalam kontak senjata di Sopore, 50 kilometer dari Srinagar. Dia adalah komandan salah satu kelompok pemberontak Kasmir India, yakni Hatkat-ul-Mujahedin, yang berbasis di Pakistan.

Setiap jatuh korban tewas, selalu memicu putaran baru aksi kekerasan. Imbauan dari pemerintah agar masyarakat tetap tenang telah diserukan Kepala Menteri Negara Bagian Omar Abdullah. Massa kembali turun ke jalan pada Selasa lalu dengan meneriakkan, ”Kami Ingin Bebas” dan ”Darah Harus Dibalas Darah”.

Konflik tiada henti Pada umumnya orang mengenal Kashmir sebagai wilayah yang sudah lama didera konflik dan selalu diwarnai pergolakan bersenjata. Susan Rice, Duta Besar AS ke-27 untuk PBB, dalam kesaksiannya di hadapan Komite Luar Negeri Senat AS pernah menyebut Kashmir sebagai salah satu tempat bermasalah di dunia, sama seperti kasus Balkan dan Dataran Tinggi Golan.

Kashmir, yang terletak di India utara, berbatasan dengan Pakistan, Afganistan, dan China. Setiap letupan kecil mudah menjadi ledakan berbau sektarian. Persoalan mulai terjadi sejak 26 Oktober 1947, bersamaan dengan pecahnya India menjadi dua bagian, yakni Pakistan di bagian barat dan India di timur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com