Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembajakan di Selat Malaka Berkurang

Kompas.com - 20/07/2010, 03:16 WIB

Batam, Kompas - Enam tahun terakhir ini kasus bajak laut di Selat Malaka berkurang drastis sejalan dengan pemberlakuan Malaca Strait Sea Patrol atau Patroli Laut Selat Malaka. Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono pada pertemuan MSPP ke-6 di Nongsa, Batam, Senin (19/7), menjelaskan, sepanjang tahun 2010 belum terjadi perompakan kapal karena ketatnya pengamanan bersama.

”Patroli laut diadakan di Selat Malaka dan Selat Singapura. Didukung pula program Eyes in the Sky yang diadakan angkatan udara negara-negara ASEAN. Negara yang terlibat adalah Republik Indonesia, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, dan Kerajaan Malaysia. Kerja sama informasi intelijen juga dikembangkan di antara empat negara tersebut,” kata Agus.

Angka pembajakan berangsur turun di perairan Selat Malaka. Tahun 2006 ada 11 kasus, 2007 tercatat 7 kasus, 2008 ada 2 kasus, dan tahun 2009 hanya 1 kasus. Untuk tahun 2010, hingga pertengahan tahun diketahui belum ada kasus pembajakan kapal.

Kerja sama baik memungkinkan tim TNI AL masuk ke perairan negara tetangga saat mengejar bajak laut. Semisal dalam penyergapan pembajakan MT Kraton yang disulap pembajak menjadi MT Ratu di dekat Negara Bagian Johor, Malaysia, September 2010.

Menurut seorang perwira TNI AL, saat ini kalaupun ada gangguan keamanan yang terjadi adalah perampokan di atas kapal yang sedang sandar ataupun bagan-bagan yang ada di sekitar Selat Malaka. ”Kalau pembajakan atau perompakan kapal yang sedang berlayar sudah turun drastis,” ujar dia.

Kepala Staf Angkatan Laut Diraja Malaysia Laksamana Tan Sri Abdul Azis bin Haji Jaafar menambahkan, pada awal tahun 2000-an, lembaga asuransi pelayaran di Inggris mengenakan tarif besar untuk menjamin kapal-kapal yang berlayar di Selat Malaka. ”Kondisi waktu itu sangat memprihatinkan. Kerja sama angkatan laut negara ASEAN berhasil meningkatkan keamanan pelayaran dan keselamatan navigasi di Selat Malaka,” ujar Tan Sri Abdul Azis.

Sebanyak 25 persen pelayaran kapal dagang dan 50 persen pelayaran kapal tanker di dunia melalui Selat Malaka.

Laut China Selatan

Turut hadir dalam acara MSSP ke-6 delegasi Angkatan Laut Brunei, Filipina, dan Vietnam. Ketika ditanya kemungkinan memperluas patroli meliputi perairan Laut China Selatan, Laksamana Agus Suhartono mengatakan, peluang tersebut tidak tertutup.

”Tentu saja negara yang terlibat memang berbatasan langsung dengan perairan Laut China Selatan seperti Vietnam, Brunei, dan Filipina,” ujar Agus.

Kawasan Laut China Selatan memiliki potensi konflik regional dan internasional karena perebutan sumber daya alam serta adanya klaim tradisional China terhadap kawasan yang disebut sebagai wilayah Nan Sha.

(ONG/LAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com