Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suatu Minggu di Table Mountain

Kompas.com - 05/07/2010, 06:33 WIB

KOMPAS.com — Minggu (4/7/2010) pagi, tiba-tiba langit Cape Town, tempat salah satu kota penyelenggara Piala Dunia 2010, sangat cerah. Sudah pasti, banyak orang memanfaatkan kesempatan ini untuk mendatangi Table Mountain yang berdiri megah di tengah kota. Pasalnya, tidak setiap saat gunung setinggi 1.160 meter dari permukaan air laut itu cerah.

Segera, jalan-jalan menuju gunung itu menjadi macet. Bahkan, antrean parkir mobil di dekat stasiun kereta gantung gunung itu mencapai 2 kilometer lebih. Dan, mereka pun kebanyakan para suporter sepak bola, utamanya lagi suporter Uruguay dan Belanda yang akan bertanding di kota ini, Stadion Green Point, Selasa (6/7/2010).

Untuk menuju puncak Table Mountain ada dua alternatif. Pengunjung bisa naik kereta gantung yang harganya 160 rand pergi-pulang. Namun, boleh juga jalan kaki dengan risiko lelah di puncak.

Kebanyakan suporter memilih menggunakan jasa kereta gantung. Selain cepat, hanya 5 menit perjalanan sudah sampai puncak, perjalanan dengan kereta ini juga penuh sensasi. Bahkan, andrenalin juga terpacu, mengingat semakin tinggi semakin mengerikan.

Dari puncak Table Mountain, pengunjung bisa melihat Robben Island, tempat Nelson Mandela ditahan selama 27 tahun. Namun, karena samar-sama terlihat, banyak yang menyempatkan diri menyaksikan Stadion Green Point. Tempat itu akan menjadi saksi sejarah bagi Belanda atau Uruguay yang bakal lolos ke final.

Meski Belanda dan Uruguay yang akan bertanding di Cape Town, suporter yang datang di Table Mountain tak hanya dari kedua negara tersebut. Ternyata, banyak juga dari Jerman, Argentina, Inggris, dan sebagainya. Mereka rata-rata bertahan di Afrika Selatan (Afsel) sampai Piala Dunia 2010 selesai, meski timnya sudah tersingkir.

"Saya sudah telanjur membeli tiket final. Maka dari itu, saya tetap bertahan di sini, meski Argentina sudah tak lolos," ujar Mario Parentes.

Table Mountain sebenarnya gunung kecil dan tak terlalu tinggi. Namun, gunung ini menawarkan banyak keindahan. Dari puncaknya, pengunjung bisa langsung menatap Laut Atlantik yang maha luas, juga merasakan hawa dingin embusan angin dari kutub selatan.

Yang menarik, hewan-hewan di atasnya sangat familiar dengan manusia. Mereka tak takut dan bahkan suka mendekat untuk mendapatkan makanan. Burung-burung indah berdatangan. Dassie, semacam kelinci gunung yang hidupnya di lubang-lubang, juga berkumpul dan mendekat.

Hamparan bunga juga terdapat di salah satu areanya. Jika beruntung, maka di situ akan ada ribuan kupu-kupu yang bercanda dengan bunga.

Selain itu, pengunjung juga bisa mendekati springbok, binatang mirip kijang khas Afrika. Namun, tetap saja dibutuhkan keberuntungan. Soalnya, springbok tak setiap saat menampakkan diri kepada manusia. Yang pasti, burung-burung dan dassie akan selalu muncul mendekat, manakala banyak pengunjung di Table Mountain.

Rasanya memang enggan meninggalkan Table Mountain yang puncaknya datar dan luas. Selain udara sejuk, di sini juga banyak pemandangan indah. Mata bisa berkelana ke mana-mana, dari hamparan Kota Cape Town, lautan, pulau-pulau, hingga ke perbukitan lain. Imajinasi pun bisa melayang ke mana suka.

Table Mountain memang bukan tempat pertandingan sepak bola. Namun, gunung mungil ini menjadi bagian dari Piala Dunia 2010. Dia pula salah satu andalan Cape Town untuk menarik suporter dari seluruh dunia agar menyaksikan pertandingan-pertandingan di kota itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com