Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerilyawan Bebaskan 35 Prajurit Sudan

Kompas.com - 10/06/2010, 03:37 WIB

KHARTOUM, KOMPAS.com - Gerilyawan Darfur menyatakan, Rabu (9/6/2010), telah membebaskan 35 prajurit Sudan yang ditangkap selama bentrokan akhir-akhir ini.        Pembebasan itu, yang dikonfirmasi oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC), bersamaan waktunya dengan meningkatnya kekerasan di Darfur, setelah kelompok gerilya Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menghentikan perundingan perdamaian dengan pemerintah.        JEM mengatakan kepada Reuters pekan ini, mereka menangkap prajurit-prajurit itu selama bentrokan yang hampir "terus-menerus" dengan tentara Sudan di wilayah Darfur tengah dan selatan. "Kami telah menyerahkan 35 tahanan perang di Darfur selatan. Sembilan orang dari mereka terluka," kata pejabat senior JEM al-Tahir al-Feki kepada Reuters.        Sebelum pengumuman itu disampaikan, seorang juru bicara militer Sudan mengatakan, terjadi sejumlah bentrokan ketika mereka berusaha menghentikan penyusunan pasukan JEM di Darfur tengah, namun sebagian besar hanya konfrontasi kecil.        Palang Merah menyatakan, mereka menerima tahanan-tahanan itu dari JEM dan menyerahkannya kepada militer di Nyala, ibukota negara bagian Darfur Selatan, pada Rabu.        Kegagalan perjanjian Februari antara Khartoum and JEM berpuncak pada konfrontasi militer yang mengakibatkan kematian dalam jumlah terbesar dalam waktu satu bulan, Mei.        Pasukan penjaga perdamaian gabungan PBB-Uni Afrika di Darfur mengatakan, Senin, hampir 600 orang tewas dalam bentrokan-bentrokan gerilya dan suku pada Mei, yang menjadikannya sebagai bulan paling mematikan selama lebih dari dua tahun.        PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan.        Maju-mundur proses perdamaian antara kedua pihak berlangsung sejak tahun lalu.        Pemberontak Darfur mengadakan dua babak perundingan dengan para pejabat pemerintah Khartoum di Qatar pada Februari dan Mei 2009.        Pada Februari tahun lalu, Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menandatangani sebuah perjanjian perdamaian dengan pemerintah Khartoum mengenai langkah-langkah pembangunan kepercayaan yang bertujuan mencapai perjanjian perdamaian resmi.        Pada Mei 2009, JEM sepakat memulai lagi perundingan dengan Khartoum yang dihentikannya setelah pengadilan internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Sudan Omar Hassan al-Beshir karena kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur, Sudan barat.        Perundingan antara pemerintah Khartoum dan pemberontak Darfur untuk mengatasi konflik itu telah ditunda beberapa kali pada tahun lalu.        Perundingan yang dituanrumahi Qatar itu sebelumnya dijadwalkan berlangsung pada 28 Oktober namun pertemuan tersebut ditunda sampai 16 November karena waktunya bertepatan dengan pertemuan puncak Uni Afrika. Jadwal terakhir itu pun ditunda hingga waktu yang belum ditentukan, kata penengah PBB dan Uni Afrika.        Ketegangan meningkat di Sudan setelah Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) pada 4 Maret 2009 memerintahkan penangkapan terhadap Beshir.        Juru Bicara ICC Laurence Blairon mengatakan kepada wartawan di pengadilan yang berlokasi di Den Haag, surat perintah penangkapan terhadap Beshir itu berisikan tujuh tuduhan -- lima kejahatan atas kemanusiaan dan dua kejahatan perang.        Sudan bereaksi dengan mengusir 13 organisasi bantuan dengan mengatakan, mereka telah membantu pengadilan internasional di Den Haag itu, namun tuduhan tersebut dibantah oleh kelompok-kelompok bantuan itu.        Sejumlah pejabat PBB yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, pengusiran badan-badan bantuan itu akan memiliki dampak yang sangat merugikan bagi rakyat Darfur.        Para ahli internasional mengatakan, pertempuran tujuh tahun di Darfur telah menewaskan 300.000 orang dan lebih dari 2,7 juta orang terusir dari tempat tinggal mereka. Khartoum mengatakan, hanya 10.000 orang tewas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com