Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentrokan Tewaskan 41 Orang

Kompas.com - 07/06/2010, 05:45 WIB

KHARTOUM, KOMPAS.com — Bentrokan antarsuku-suku Arab yang bersaing di wilayah Darfur, Sudan barat, menewaskan 41 orang dalam tiga hari terakhir, kata seorang pemimpin suku kepada AFP, Minggu (6/6/2010).        Menurut Ezzedin Eissa al-Mandil dari suku Misseriya, bentrokan meletus hari Kamis ketika "anggota-anggota suku Rezeigat menyerang salah satu desa kami di sebelah barat kota Kass" di Darfur Selatan.        "Mereka membunuh satu orang dan kembali lagi Jumat, dan pertempuran berlangsung dari pagi hingga malam hari. Juga terjadi bentrokan pada Sabtu. Secara keseluruhan, 41 orang tewas dan 17 orang terluka," kata Mandil kepada AFP.        Klaim itu belum bisa segera dikonfirmasi kepada suku Rezeigat dan Gubernur Darfur Selatan.        Namun, seorang juru bicara misi penjaga perdamaian PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID) mengatakan, pihaknya menerima laporan-laporan mengenai pertempuran antara suku Nuwayba, bagian dari suku Rezeigat, dan suku Misseriya. Tidak ada penjelasan mengenai jumlah korban dalam laporan itu.        Chris Cycmanick mengatakan kepada AFP, bentrokan itu dikabarkan berlangsung di dekat kota Kass dan Nertiti. "Namun, kami tidak memiliki penjelasan terinci mengenai jumlah korban," katanya, dengan menambahkan bahwa keadaan di wilayah itu kembali tenang pada Minggu.        Menurut laporan-laporan yang diterima, 100 orang tewas dalam dua bulan terakhir di Darfur, dan kekerasan meningkat pada Mei, kata Cycmanick.        PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur, pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan.        Maju-mundur proses perdamaian antarkedua pihak berlangsung sejak tahun lalu.        Pemberontak Darfur mengadakan dua babak perundingan dengan para pejabat pemerintah Khartoum di Qatar pada Februari dan Mei 2009.        Pada Februari tahun lalu, Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menandatangani sebuah perjanjian perdamaian dengan pemerintah Khartoum mengenai langkah-langkah pembangunan kepercayaan yang bertujuan mencapai perjanjian perdamaian resmi.        Pada Mei 2009, JEM sepakat memulai lagi perundingan dengan Khartoum yang dihentikannya setelah pengadilan internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Sudan Omar Hassan al-Beshir karena kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur.        Perundingan antara pemerintah Khartoum dan pemberontak Darfur untuk mengatasi konflik itu telah ditunda beberapa kali pada tahun lalu.        Perundingan yang dituanrumahi Qatar itu sebelumnya dijadwalkan berlangsung pada 28 Oktober. Namun, pertemuan tersebut ditunda sampai 16 November karena waktunya bertepatan dengan pertemuan puncak Uni Afrika. Jadwal terakhir itu pun ditunda hingga waktu yang belum ditentukan, kata penengah PBB dan Uni Afrika.        Ketegangan meningkat di Sudan setelah Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) pada 4 Maret 2009 memerintahkan penangkapan terhadap Beshir.        Juru bicara ICC, Laurence Blairon, mengatakan kepada wartawan di pengadilan yang berlokasi di Den Haag, surat perintah penangkapan terhadap Beshir itu berisikan tujuh tuduhan—lima kejahatan atas kemanusiaan dan dua kejahatan perang.        Sudan bereaksi dengan mengusir 13 organisasi bantuan dengan mengatakan, mereka telah membantu pengadilan internasional di Den Haag itu. Namun, tuduhan tersebut dibantah oleh kelompok-kelompok bantuan itu.        Sejumlah pejabat PBB yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, pengusiran badan-badan bantuan itu akan memiliki dampak yang sangat merugikan bagi rakyat Darfur.        Para ahli internasional mengatakan, pertempuran tujuh tahun di Darfur telah menewaskan 300.000 orang dan lebih dari 2,7 juta orang terusir dari tempat tinggal mereka. Khartoum mengatakan, hanya 10.000 orang tewas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com