Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Detik demi Detik di Freedom Flotilla

Kompas.com - 04/06/2010, 04:33 WIB

Senin, 31 Mei 2010 pukul 04.30. Dari tempatnya duduk di anjungan kapal Mavi Marmara di tengah Laut Mediterania, Hanin Zoabi melihat cahaya pertama dari kapal perang dan helikopter Israel yang mendekat cepat. Itulah awal peristiwa serangan pasukan komando Israel terhadap Freedom Flotilla.

Banjir cuplikan video di situs YouTube, tayangan video versi militer Israel, serta berbagai wawancara dengan aktivis dan pemerintah mulai memberi gambaran yang jelas tentang apa yang terjadi di tengah laut di atas kapal berbendera Turki itu.

Apa yang dikemukakan berbagai pihak tentang peristiwa itu kadang kala saling bertentangan. Hampir tidak ada jalan untuk secara independen mengonfirmasi apa yang sebenarnya terjadi. Namun, detail yang bermunculan bisa membantu menjelaskan bagaimana perjalanan yang dimaksudkan protes damai itu berakhir dengan serangan.

Zoabi, anggota parlemen Israel keturunan Arab, menuturkan, dia mendengar letusan senjata api di atas kapal dan melihat asap biru. Para penumpang lain juga menuturkan, tentara melepaskan tembakan ke kapal sebelum naik. Israel membantah.

Beberapa jam sebelumnya, Minggu (30/5) pukul 22.30, Mavi Marmara menerima transmisi radio dari kapal perang Israel. Ketika itu Zoabi berada di anjungan. Dia menuturkan, para pelaut Israel menanyakan tujuan kapal dan kapten Mavi Marmara menjawab kapal menuju ke Gaza.

Israel memerintahkan Freedom Flotilla, rombongan kapal pembawa bantuan kemanusiaan, berhenti, tetapi kapal terus maju. Sekitar pukul 01.30, Zoabi melihat cahaya di cakrawala dan menghitung ada delapan kapal Israel. Mereka membuntuti Freedom Flotilla selama tiga jam berikutnya dari kejauhan.

Pukul 04.30, dengan kapal masih berada di perairan internasional, pasukan Israel memberikan perintah operasi mengambil alih kapal dimulai. Lalu semua kejadian berlangsung cepat.

Ledakan

Norman Paech, pensiunan dosen hukum asal Hamburg, Jerman, menuturkan, dia terbangun akibat ledakan. Dia keluar dan melihat tentara. ”Mereka mengenakan penyamaran, wajah mereka bertopeng, dengan penerangan malam di helm mereka, dan membawa banyak senjata,” katanya.

Baik Zoabi, Paech, dan penumpang lain tidak menyangkal ada perlawanan, tetapi tidak terorganisasi seperti dikatakan Israel. ”Helikopter, kapal, dan tembakan menciptakan atmosfer yang membuat orang ingin membela diri,” ujar Zoabi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com