Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lech Walesa Berkunjung ke Indonesia

Kompas.com - 06/05/2010, 04:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kunjungan mantan Presiden Polandia, Lech Walesa, ke Indonesia yang dijadwalkan mulai akhir pekan ini merupakan isyarat bahwa  hubungan dan kerja sama kedua negara meningkat dan bertambah erat  tahun demi tahun. "Mantan Presiden Lech Walesa akan mengadakan lawatan selama 10 hari di Indonesia dan kunjungannya merupakan dorongan bagi peningkatan hubungan dan kerja sama antara Polandia dan Indonesia," kata Duta Besar Polandia untuk Indonesia Tomasz Lukaszuk di Jakarta, Rabu (5/5).

Menurut dia, Walesa tidak saja akan membicarakan isu-isu global dengan para pejabat tinggi Indonesia yang ditemuinya  tetapi juga merintis kerja sama di bidang industri perkapalan. "Lech Walesa memiliki pengetahuan dan pengalaman luas mengenai seluk-beluk industri perkapalan ketika ia masih bekerja di galangan kapal Gdansk dan memimpin organisasi buruh Solidaritas di sana," tambahnya.

Di antara lawatannya di Jakarta, Yogyakarta dan Bali, Walesa yang kini memimpin Institut Lech Walesa,  akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Bali Democracy Institute di Universitas Udayana, Denpasar. Institut Lech Walesa telah menjalin kerja sama serupa dengan berbagai organisasi di Eropa dan Amerika Serikat dalam upaya untuk mendorong demokrasi.
 
Lech Walesa adalah peraih Nobel Perdamaian tahun 1983 saat Polandia masih dikuasai rezim komunis yang bersekutu dengan Uni Soviet. Pemerintah Polandia menandatangani satu perjanjian yang antara lain mengizinkan kegiatan serikat buruh independen dan menghentikan tindakan pengekangan maupun tekanan-tekanan terhadap anggota oposisi pro-demokrasi pada 31 Agustus 1980.

Dampak dari perjanjian itu, untuk pertama kali terbentuk suatu organisasi demokratik besar, Serikat Buruh Independen dan Bebas Solidarnosc (Solidaritas), di blok negara-negara komunis, dengan Lech Walesa sebagai pemimpinnya. Namun hal itu tak berlangsung lama. Rezim Komunis Soviet dan Pemerintah Polandia yang sehaluan tidak senang dengan berbagai kegiatan kelompok-kelompok independen termasuk Solidarnosc. Pada 13 Desember 1981 Pemerintah Polandia mengumumkan status negara dalam keadaan perang.

Kegiatan-kegiatan organisasi itu pun dilarang dan diberangus. Lebih 10.000 aktivis Solidarnosc ditahan dan Walesa yang dilahirkan pada 23 September 1943 juga dijebloskan ke dalam penjara. Pada November 1982, Walesa, mantan pekerja di galangan kapal Gdansk dibebaskan.

Setahun kemudian Walesa menerima Hadiah Nobel Perdamaian tapi ia tak berangkat untuk menerima penghargaan bergengsi itu secara pribadi. Ia khawatir apabila ia berangkat ke Swedia, pemerintah yang berkuasa di Polandia tidak mengizinkannya kembali ke Tanah Airnya. Istrinya, Danuta, lalu mewakilinya untuk menerima hadiah tersebut.

Saat rezim komunis Polandia menuju keruntuhannya, Walesa terpilih sebagai presiden dalam pemilihan presiden yang bebas pada 1990 setelah sebelumnya didahului dengan pemungutan suara pada 4 Juni 1989. Keberhasilan besarnya sebagai presiden adalah kemunduran tentara Soviet dari Polandia tahun 1992.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com