Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekerjaan Rumah Menuju Perebutan Piala Thomas

Kompas.com - 03/05/2010, 03:54 WIB

Target PB PBSI untuk bisa lolos ke putaran final perebutan Piala Thomas dan Uber telah dilaksanakan dengan sempurna. Tim Thomas pada babak kualifikasi akhir Februari di Thailand berhasil menjadi juara grup mengalahkan Korea dengan angka 3–2. Kemenangan atas Korea sekaligus mengukuhkan tim Indonesia sebagai tim yang tidak terkalahkan.

Lolos menuju putaran final hukumnya wajib bagi tim Piala Thomas. Tantangan sesungguhnya ada di putaran final yang akan diselenggarakan di Malaysia, 9-16 Mei. Lawan kita yang harus diwaspadai pada final nanti, selain Korea, adalah China dan Denmark serta musuh bebuyutan kita, Malaysia. Sebagai tuan rumah dan memiliki pemain tunggal terbaik dunia, Lee Chong Wei, mereka punya ambisi dan kesempatan untuk merebut Piala Thomas tahun ini.

Sebagai gambaran umum siapa tim paling kuat bisa dilihat dari beberapa hasil kejuaraan awal tahun ini dan negara yang paling banyak menempatkan pemainnya di peringkat 10 besar dunia. Kedua hal ini bisa dijadikan tolok ukur. Sebagai contoh untuk tim Piala Uber, China dijagokan akan kembali bisa mempertahankannya. Dalam beberapa kejuaraan besar pada awal tahun, pemain putri China mengoleksi delapan gelar, baik dari tunggal maupun ganda. Hasil ini tecermin dalam daftar peringkat mutakhir yang dikeluarkan BWF. Lima peringkat tunggal putri diisi pemain China. Demikian juga di sektor ganda, dua ganda terbaik mereka berada di urutan teratas.

Berbeda dengan kekuatan di tim Uber, kekuatan tim di Thomas lebih merata walaupun masih ada sedikit keunggulan dari China. Ini dapat tergambar dalam urutan peringkat dunia BWF. Di tunggal putra peringkat sepuluh besar dunia (per 1 April 2010) diisi 4 pemain dari China, 1 pemain dari Malaysia yang berada pada peringkat teratas, 2 pemain dari Indonesia, dan 1 dari Denmark.

Di sektor ganda putra kekuatan cukup merata. Malaysia, China, Indonesia, dan Denmark masing-masing memiliki dua pasang ganda putra di 10 besar peringkat dunia per 1 April 2010. Malaysia menempati urutan teratas sektor ganda putra.

Kalau melihat kekuatan ganda putra setiap negara, bisa dikatakan kekuatan mereka merata. Apalagi pemain yang berada di 10 besar, kekuatannya hampir berimbang, dengan satu sama lain secara bergantian pernah saling mengalahkan. Selain itu, ketika dirinci pada head to head, setiap pemain memiliki keunggulan dan kelemahan yang unik. Artinya, dari lima negara terkuat ini, tidak ada yang memiliki kekuatan mutlak seperti tim putri China pada Uber Cup.

Namun, secara umum China mempunyai kekuatan yang lebih merata dan menjadi tim paling favorit untuk merebut Piala Thomas tahun ini. Diikuti Malaysia, selain memiliki tunggal dan ganda terbaik dunia, juga karena didukung faktor sebagai tuan rumah. Khusus untuk tim Denmark, sekalipun mayoritas pemainnya sudah berusia di atas 30 tahun, yang unik negara ini selalu bisa menjadi kuda hitam dan diperhitungkan di setiap perebutan Piala Thomas. Seperti pada tahun 2004 tim Indonesia dikalahkan Denmark di semifinal di Jakarta.

Bagaimana peluang Merah Putih? Terus terang sekalipun kita memiliki dua pemain tunggal putra dan dua pasang ganda putra di 10 besar dunia, dalam empat kejuaraan besar pada tahun 2010 ini belum ada satu pun gelar yang diraih. Dalam All England, Markis/Hendra gagal di final, kalah dari pasangan Denmark, sedangkan Taufik Hidayat hanya sampai babak semifinal. Keadaan ini cukup mengkhawatirkan, apalagi waktunya tinggal hitungan hari. Timbul pertanyaan di benak kita yang sudah lama merindukan Piala Thomas kembali tinggal di Indonesia, bisakah?

Siapkan strategi

Peluang itu masih terbuka, tim dari mana pun masih tetap memperhitungkan kekuatan Indonesia. Tinggal bagaimana dengan waktu tersisa PB PBSI bisa mempersiapkan segala sesuatunya untuk memaksimalkan kekuatan yang dimiliki. Pertandingan beregu adalah pertandingan yang unik, sedikit berbeda dengan pertandingan individu. Pertandingan beregu syarat dengan rasa nasionalisme. Sering kali pemain yang kurang berpengalaman mengalami demam panggung dan tidak bisa tampil dengan baik. Tim Indonesia beruntung pemainnya mayoritas sudah memiliki pengalaman yang cukup. Kita juga bersyukur bahwa sekalipun pemain yang sekarang berada di luar pelatnas, seperti Taufik Hidayat, Markis, dan Hendra, mereka tetap menyatakan kesediaan dan kesanggupannya membela Merah Putih.

Mereka semua kini sudah bergabung berlatih di pelatnas. Hal ini tentu baik sekali untuk menjalin kekompakan tim sekalipun dari segi waktu agak terlambat. Kekompakan menjadi penting dalam pertandingan beregu. Itu karena dengan kekompakan bisa dibangun visi yang sama, spirit bersama yang berhubungan, dan memberi dorongan semangat luar biasa untuk meraih kemenangan.

Dalam pertandingan perebutan Piala Thomas, calon lawan jauh-jauh hari sudah diketahui. Waktu yang masih ada saat ini semaksimal mungkin dimanfaatkan untuk mempelajari kekuatan dan kelemahan lawan.

Dalam ajang beregu yang besar seperti Piala Thomas, faktor nonteknis tak kalah pentingnya untuk diperhatikan. Misalnya suporter tuan rumah. Kita tentu sadar bahwa karena beberapa kasus akhir-akhir ini hubungan Indonesia dan Malaysia agak terganggu. Pemain kita harus siap dengan segala kemungkinan teror dari penonton.

Intinya adalah untuk memenangi suatu peperangan perlu dipersiapkan senjata dan strategi untuk mengalahkan lawan. Namun, tanpa dukungan logistik dan hal lainnya peperangan tidak dapat dimenangi. Selamat berjuang!

Ivana Lie, Mantan Pemain Klub PB Djarum dan Staf Khusus Bidang Olahraga di Kementerian Pemuda dan Olahraga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com