Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Korban Gempa China Nelangsa

Kompas.com - 16/04/2010, 08:16 WIB

YUSHU, KOMPAS.com — Proses pencarian dan evakuasi korban gempa masih berlangsung. Sementara itu, korban yang terluka dan berhasil diselamatkan justru hidup nelangsa. Bantuan obat, tenda, pakaian, dan makanan sudah mulai mengalir, tetapi pendistribusiannya terhambat karena cuaca buruk.

Memasuki hari kedua pascagempa di Provinsi Qinghai, dekat Tibet, China, Kamis (15/4/2010), jumlah korban tewas bertambah menjadi 617 orang. Korban tewas diperkirakan masih akan terus bertambah. Regu penolong masih bekerja untuk mengangkat jenazah di daerah yang belum terjangkau. Korban selamat banyak, tetapi ada yang dalam kondisi kritis.

Dari sekitar 11.000 korban luka, 1.000 orang di antaranya dirawat khusus karena kondisi fisik yang mengenaskan. Juga ada ratusan penduduk di beberapa desa yang terkubur longsor di pegunungan terpencil dan dataran tinggi Tibet. Keadaan mereka belum diketahui.

Regu penolong, kebanyakan tentara, menggali puing-puing bangunan dan longsor hanya dengan sekop atau tangan kosong karena alat berat sulit didatangkan akibat lokasi berbukit-bukit.

Gempa terjadi pada jam sibuk, Rabu pagi. Saat itu penduduk sudah berangkat dan bekerja di ladang yang sebagian besar terletak di kaki gunung dan bukit. Kegiatan belajar-mengajar di sekolah sedang berlangsung. Mereka semua turut menjadi korban gempa.

Selain menyebabkan lereng gunung longsor, gempa juga menghancurkan ratusan gedung sekolah dan biara biksu. Ada ratusan anak sekolah dan biarawan yang belum ditemukan.

Tidur di alam terbuka
Bersama para tentara dan regu penolong, ratusan warga dan biarawan yang selamat turut membantu pencarian korban hilang. Ada sekitar 100.000 orang yang selamat dari gempa itu yang kini ditampung di tenda-tenda pengungsian di sekitar patung seorang ksatria yang menunggang kuda di wilayah Gyegu (Jiegu).

Kondisi para korban memprihatinkan. Saat malam tiba, mereka kedinginan. Bantuan selimut dan pakaian sudah dialokasikan, tetapi jumlahnya sangat terbatas dan sebagian belum bisa disalurkan.

Di saat para biksu mengais-ngais reruntuhan untuk mencari korban yang tertimbun, para tentara membagikan nasi dan bubur kepada para pengungsi yang kelaparan. Ratusan pengungsi berebutan, tetapi sebagian besar tidak kebagian. Ada korban yang hanya kebagian mi instan.

Namun, ketika polisi membagikan mi instan di sebuah tenda penampungan, banyak pengungsi yang berebutan juga tidak kebagian. Bantuan memang terbatas, warga kelaparan. ”Bantuan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah tenda, selimut, pakaian tebal, dan makanan instan,” kata Zou Ming, Direktur Bantuan Bencana pada Kementerian Urusan Sipil China, kepada wartawan di Beijing.

Bantuan sudah dialokasikan, kata Zou, tetapi belum berhasil dikirim karena sulitnya transportasi ke daerah gempa. Masih banyak ruas jalan rusak, selain retak-retak juga tertimbun tanah longsor

Stadion olahraga di Yushu berubah menjadi rumah sakit darurat, tetapi tidak memadai untuk menampung para korban yang terluka. Puluhan korban yang umumnya dari etnis Tibet dibaringkan di tanah lapang terbuka di luar stadion dengan kondisi kaki dan tangan patah.

Konvoi bus pembawa regu penolong dan truk tentara pengangkut makanan dan obat-obatan sedang bergerak dari Yushu menuju Xining, ibu kota Provinsi Qinghai. Konvoi menyusuri jalan berliku sejauh 1.000 kilometer di bawah cuaca buruk seperti hujan es, badai pasir, dan angin dingin yang mengganggu perjalanan.

Biksu Buddha Tibet adalah pihak pertama yang memberi bantuan penyelamatan sebelum tentara datang. ”Kami yang pertama memberikan pertolongan,” kata seorang biksu sambil menggali puing di alun-alun. Buddha Tibet sering bertentangan dengan penguasa Partai Komunis China.

Kenangan Sichuan
Gempa dahsyat kali ini mengingatkan kembali dengan musibah serupa pada Mei 2008 di Provinsi Sichuan, yang menelan korban tewas hingga 80.000 orang. Saat itu, banyak sekali gedung sekolah roboh. Hal itu menimbulkan kemarahan warga yang kemudian menuduh perusahaan pembangun gedung sekolah korupsi.

Presiden Hu Jintao dan Perdana Menteri Wen Jiabao menyerukan upaya penyelamatan harus dilakukan secara maksimal. Wakil Perdana Menteri Hui Liangyu berangkat ke Qinghai untuk mengawasi proses evakuasi korban.

Simpati dunia mengalir terhadap para korban gempa. Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama menyampaikan ucapan turut berdukacita. Jepang juga turut menawarkan bantuan.

Utusan dari anggota Dewan Keamanan (DK) PBB dan negara lain juga menyampaikan belasungkawa. Presiden Taiwan Ma Ying-jeou juga menyatakan siap mengirimkan bantuan.(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com