Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Nuklir Iran Bantu CIA

Kompas.com - 01/04/2010, 02:51 WIB

Kairo, Kompas - Teka-teki nasib ilmuwan nuklir Iran, Shahram Amiri, yang menghilang secara misterius sejak Juni 2009 akhirnya terkuak. Televisi berita AS, ABC, Selasa (30/3) malam, mengungkapkan, Shahram Amiri membelot ke AS dan kini membantu CIA.

Amiri menghilang ketika menjalankan ibadah umrah di Mekkah, Arab Saudi, pada bulan Juni 2009. Sejauh ini belum ada reaksi Pemerintah Iran atas pemberitaan televisi ABC itu.

Menurut ABC, Amiri berhasil lari dari Iran sesuai dengan rencana yang telah dirancang Badan Pusat Intelijen AS (CIA) sejak lama agar dia bersedia meninggalkan negerinya dan tinggal di AS.

ABC juga mengungkapkan, Amiri menjalani interogasi secara intens oleh CIA sejak pembelotannya itu.

Seorang pejabat CIA seperti dikutip ABC menyatakan, membelotnya Amiri merupakan kemenangan CIA dalam upaya mencegah pengembangan program senjata nuklir negeri para mullah itu.

Amiri bekerja sebagai peneliti di Universitas Malek Ashtar, Teheran. Universitas Malek Ashtar tempat Amiri bekerja terlibat dalam proyek khusus penelitian nasional. Amiri menghilang lebih dari tiga bulan sebelum Iran mengumumkan fasilitas pengayaan nuklirnya yang kedua di kota Qom.

Iran selama ini berkali-kali menuduh Arab Saudi menyerahkan Amiri kepada AS. Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki pada bulan Oktober tahun lalu mengatakan, AS mempunyai peranan dalam penculikan Shahram Amiri dan harus mengembalikannya. Ia menambahkan bahwa Arab Saudi juga bertanggung jawab.

Iran mengatakan, Amiri adalah satu dari 11 orang Iran yang kini ditahan AS. Warga Iran lain yang hilang adalah Amir-Hossein Ardebili. Ia menghilang di Negara Bagian Georgia, AS, dua tahun lalu. Ardebili kini berada di sebuah penjara di AS atas tuduhan perdagangan senjata.

Warga Iran lainnya yang hilang adalah mantan Deputi Menteri Pertahanan Iran Ali Reza Asgari. Ia hilang di Turki pada tahun 2007. Media massa Turki, Arab, dan Iran menduga Ali Reza menjadi korban operasi CIA dan Mossad. Ada juga yang berspekulasi bahwa Ali Reza membelot ke Barat. Namun, tuduhan pembelotan itu dibantah keluarga Ali.

Menurut pakar strategi Mesir, Brigjen Safwat Zayyat, aksi penculikan dan pembunuhan ilmuwan Iran merupakan bagian dari strategi CIA dan Mossad sebagai bagian dari rangkaian aksi menghancurkan proyek nuklir Iran.

Hal itu, kata Zayyat, juga dilakukan CIA dan Mossad terhadap proyek nuklir Irak pada era 1980-an.

Israel khawatir

Tajuk rencana harian berbahasa Arab Al Quds Al Arabi edisi pertengahan Januari lalu yang terbit di London mengatakan, AS dan Israel tidak hanya mencemaskan program nuklir Iran, tetapi juga para ilmuwannya yang mengembangkan program nuklir itu.

Menurut harian tersebut, para ilmuwan nuklir Iran bisa kembali mengembangkan program nuklir di negerinya secara cepat. Dengan demikian, dugaan rencana AS atau Israel untuk menghancurkan instalasi nuklir di Iran akan percuma karena keberadaan para pakar nuklir bisa membangun lagi program pengembangan nuklir secara cepat.

Israel, di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, semakin gencar meniupkan isu tentang bahaya nuklir Iran. Hal ini didukung AS yang menekankan agar Iran dikenai sanksi.

Adalah China dan Rusia yang relatif keberatan jika Iran dikenai sanksi. Dua negara itu kini lebih memilih jalan dialog ketimbang pemberian sanksi yang dinilai tidak akan efektif. (mth)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com