Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korut Peringatkan Korsel Tidak Dekati Perbatasan

Kompas.com - 29/03/2010, 20:56 WIB

SEOUL, KOMPAS.com - Korea Utara memperingatkan, akan timbul bencana yang tak dapat diramalkan, kecuali Korsel dan AS melarang kunjungan di daerah penyangga perbatasan yang merupakan tempat paling banyak dikunjungi di semenanjung itu.

Peringatan yang dikeluarkan Senin (29/3/2010) itu datang saat ketegangan meningkat setelah sebuah kapal angkatan laut Korea Selatan (Korsel) tenggelam, Jumat.

Laporan-laporan awal menyatakan Korut mungkin terlibat menyebabkan pasar gelisah tetapi Seoul kemudian mengatakan hampir pasti Pyongyang tidak terlibat dalam musibah itu.

Seorang pejabat kementerian Pertahanan Korsel mengatakan para penyelam sedang mencari para pelaut yang selamat tetapi terhambat akibat air yang ganas di lokasi dekat perbatasan laut yang disengketakan dengan Korut.

"Para penyelam mengetuk buritan kapal yang terbalik tempat sebagian besar prajurit yang hilang diduga terperangkap tetapi tidak tidak ada jawaban," kata Brigjen Lee Ki-sik dalam satu penjelasan.

Tiga puluh dari 46 pelaut yang hilang adalah bintara. Sisanya 16 orang pelaut wajib militer.

Menteri Pertahanan Korsel Kim Tae-Young mengemukakan kepada parlemen tidak ada yang dikesampingkan menyangkut kemungkinan penyebab itu, termasuk kapal itu mungkin menghantam salah satu dari ranjau-ranjau laut Korut yang belum ditemukan setelah Perang Korea 1950-1953.

Tetapi atas tekanan kuat untuk menjelaskan tentang kemungkinan penyebab kecelakaan itu, para pejabat Korsel tidak menuduh langsung kepada Korut.

Korut tedak menyebut tentang insiden kapal tenggelam itu tetapi media resminya mengeluarkan satu peringatan tentang perbatasan darat.

"Jika pihak berwenang AS dan Korsel tetap melakukan tindakan-tindakan yang salah mereka untuk menyalah gunakan daerah perbatasan bagi konfrontasi antar Korea walaupun peringatan-peringatan kami, ini akan menimbulkan insiden-insiden yang tidak dapat diramalkan termasuk hilangnya nyawa-nyawa manusia," kata kantor berita resmi KCNA mengutip pernyataan juru bicara militer.

Zona Demiliterisasi (DMZ) adalah penyangga selebar empat kilometer di sepanjang perbatasan yang ditetapkan berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea, yang melibatkan pasukan PBB pimpinan AS membantu tentara Korsel melawan pasukan Korut yang dibantu pasukan China.

Seorang juru bicara militer yang tidak diidentifikasi dari Tentara Rakyat Korea mengatakan Korsel terlibat dalam tindakan-tindakan yang disengaja untuk menjadikan DMZ ajang konfrontasi dengan Korut dan lokasi perang urat syaraf dengan mengizinkan kunjungan di dalam zona perbatasan itu.

Korut dalam peringatan itu menyerukan Korsel menghentikan semua kunjugan utuk para wartawan ke daerah-daerah zona penyangga yang membentang melintas semenanjung itu.

"Hampir setengah juta orang setahun mengunjungi desa gencatan senjata Panmunjom di dalam zona itu serta lokasi-lokasi lain yang menunjukkan aspek-aspek perbatasan terakhir Perang Dingin,lebih dari 170.000 orang dari mereka berasal dari luar negeri," kata seorang pejabat di kota Paju yang berbatasan dengan Korut.

Korut juga membawa para pengunjung ke daerahnya dari perbatasan itu. Kota Paju dan Organisasi-Organisasi Pelayanan Terpadu (USO) yang tergabung dengan militer AS di Korsel, mengatakan mereka belum ada rencana membatalkan kunjungan-kunjungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com