Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel Lanjutkan Niatnya

Kompas.com - 25/03/2010, 03:45 WIB

Kairo, Kompas - Israel terus bertekad melanjutkan pembangunan permukiman Yahudi di Jerusalem Timur. Pemerintah lokal Jerusalem, seperti dikutip radio Israel, Rabu (24/3), memberi lampu hijau bagi pembangunan 20 unit rumah baru di Jerusalem Timur.

Pemerintah lokal Jerusalem itu memberikan izin bagi permohonan yang diajukan miliarder AS Irving Moskovitz untuk membangun rumah-rumah mewah di tempat bekas Hotel Shepherd di daerah Sheikh Jarrah, Jerusalem Timur.

Keputusan kontroversial Pemerintah Jerusalem itu dikeluarkan saat hasil pertemuan Presiden AS Barack Obama dan PM Israel Benjamin Netanyahu masih misterius.

Obama dan Netanyahu bertemu selama 90 menit hari Selasa lalu di Gedung Putih, Washington DC, tanpa ada keterangan pers atau acara foto bersama. Ini adalah pertemuan aneh karena tidak dikombinasikan dengan acara pidato dan foto bersama.

Seusai bertemu Obama, Netanyahu masih berada di Gedung Putih selama 2 jam. Tidak diketahui aktivitas PM Israel itu di Gedung Putih selama 2 jam itu. Lalu kemudian dia meminta staf Obama memanggil Presiden AS itu, yang kemudian muncul.

Hal itu dianggap sebagai pertanda AS tetap jengkel dengan Israel yang tidak menunjukkan sikap kooperatif. AS meminta penghentian pembangunan permukiman di Tepi Barat dan Jerusalem Timur.

Inggris kenai sanksi

Sementara itu, negara seperti Perancis, Australia, Irlandia, dan Jerman, menurut situs harian Israel Yedioth Ahronoth, Rabu (24/3), akan segera mengikuti jejak Inggris untuk memberi sanksi terhadap Israel.

Hal itu sebagai buntut tindakan Mossad (agen intelijen luar negeri Israel) yang memalsukan paspor negara-negara tersebut dalam melaksanakan pembunuhan terhadap tokoh militer Hamas pada 20 Januari lalu di Dubai.

Inggris, Selasa malam lalu, telah mengumumkan mengusir diplomat Israel, tanpa menyebut namanya.

Menlu Inggris David Milliband di depan parlemen mengatakan, hasil laporan sebuah komite pemerintah menunjukkan telah terjadi pemalsuan paspor yang dilakukan sebuah lembaga intelijen (Mossad).

Sebaliknya, Menlu Israel Avigdor Lieberman menyayangkan keputusan Inggris tersebut. Ia menuduh Inggris tidak memberi bukti dalam kasus keterlibatan Mossad itu. Meski demikian, kata Lieberman, Israel tetap ingin menjaga hubungan bersahabat dengan Inggris.

Israel segera mengganti diplomat yang diusir itu dengan diplomat lain. Israel juga tidak akan membalas dengan mengusir diplomat Inggris.

Menurut harian itu, PM Israel Benjamin Netanyahu dan Menhan Ehud Barak yang kini sedang berada di AS serta Menlu Avigdor Lieberman yang kini berada di Belgia mengadakan konsultasi melalui telepon untuk membahas keputusan Inggris itu dan mengantisipasi kemungkinan negara lain mengikuti jejak Inggris.

Televisi Alarabiya mengungkapkan, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy sedang melakukan konsultasi dengan para pembantu utamanya, membahas kemungkinan pengusiran diplomat Israel dari Perancis. Diungkapkan, Pemerintah Perancis kini sedang menyorot diplomat di Kedubes Israel di Paris yang berasal dari institusi Mossad.

Mantan Dubes Israel untuk Inggris Zvi Hefetz, kepada radio Israel, menyebut sanksi Inggris itu tidak berat. Ia mengatakan, Menlu Milliband berhasil menemukan pola tindakan yang berimbang, yakni antara keharusan memberi sanksi atas Israel dan tetap menjadikan Israel sebagai sahabat yang dekat dengan Inggris.

Menurut harian Al Quds al-Arabi yang terbit di London, sanksi Inggris atas Israel masih lemah dibanding tingkat kejahatan Israel dalam memalsukan paspor Inggris. (mth)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com