Para analis mengatakan, keadaan tersebut dapat membuat Beijing menjadi lebih terbuka terhadap penguatan yuan. Pengiriman barang ke luar negeri bertumbuh 45,7 persen dibandingkan tahun lalu. Nilainya mencapai 94,5 miliar dollar AS. Demikian diumumkan bea-cukai China di Beijing, Rabu (10/3).
Data ekspor China sangat dicermati karena merupakan salah satu cerminan bagaimana kesehatan ekonomi China dan petunjuk sudah adanya pemulihan di pasar yang tertimpa krisis, yaitu Eropa dan AS.
Ekonom dari Bank of America-Merrill Lynch mengatakan, mereka memperkirakan pemulihan terus berlangsung. Selain itu, akan terjadi perubahan rezim mata uang pada pertengahan 2010 ini.
”Dengan pertumbuhan ekspor yang tinggi, tekanan terhadap pematokan yuan terhadap China dapat berubah. Kami memperkirakan pada pertengahan tahun ini China mungkin akan mengubah nilai patokan yuan terhadap dollar AS menjadi rezim baru,” kata mereka.
Kurs yuan yang secara efektif dipatok terhadap dollar AS pada pertengahan 2008 telah menjadi sumber pertikaian dengan mitra dagang China.
Negara-negara Barat menyatakan, Beijing melakukan tindakan artifisial dalam meningkatkan ekspornya dengan cara menekan kurs yuan. Yuan yang rendah berarti barang ekspor China menjadi murah di luar negeri, membuat negara lain sulit berkompetisi.
Akan tetapi, Gubernur Bank Sentral Zhou Xiaochuan mengatakan pekan lalu bahwa kebijakan untuk menjaga agar mata uangnya tetap stabil terhadap dollar AS merupakan kebijakan yang sementara saja. Cepat atau lambat, kebijakan tersebut akan dicabut, segera setelah pemulihan global benar-benar terjadi dan fundamentalnya mantap.
”Tampaknya pemulihan telah memberikan peluang dan hal ini membuat pemerintah percaya diri dan mulai merevaluasi yuan,” ujar Ren Xianfang, ekonom dari IHS Global Insight, di Beijing.
Para analis mengatakan, angka tersebut mencerminkan peningkatan permintaan untuk produk buatan China, bahkan ketika pertumbuhan dibandingkan dengan Februari 2009 ketika pengiriman barang melorot hingga mencapai 25,7 persen karena krisis global.
”Jelaslah angka itu merupakan dampak dari lebih sedikitnya hari kerja pada Februari tahun ini dibandingkan tahun lalu. Angka ini sangat mengagumkan,” ujar ahli strategi senior dari Royal Bank of Canada, Brian Jackson.
Tahun Baru China, yang merupakan hari raya paling penting dan saat perusahaan tutup, jatuh pada Februari tahun ini.
Pada 2009, Tahun Baru China jatuh pada akhir Januari. Pertumbuhan ekspor pada Februari berkembang dalam laju tercepat pada bulan sama sejak 2007.
Surplus perdagangan China mencapai 7,61 miliar dollar pada Februari, naik 57,2 persen, sementara impor naik 44,7 persen menjadi 86,9 miliar dollar AS.
China telah berupaya menurunkan laju ekspor tahun ini. Menteri Perdagangan Chen Deming mengatakan, setidaknya diperlukan tiga tahun untuk kembali ke posisi sebelum krisis. Ekonom Deutsche Bank Ma Jun mengatakan, Chen terlalu pesimistis.