Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Palestina dan Israel Ributkan "Warisan" Nenek Moyang

Kompas.com - 02/03/2010, 03:29 WIB

Hebron, Senin - Kabinet Palestina, Senin (1/3), menggelar sidang di kota Hebron, atau kota Khalil menurut sebutan penduduk Palestina. Kabinet memprotes keputusan Pemerintah Israel pekan lalu yang memasukkan Masjid Ibrahimi (Abraham menurut sebutan Yahudi) dan makam Rachel atau Masjid Bilal bin Rabah di Bethlehem ke dalam situs nasional warisan Yahudi.

Hebron terletak sekitar 75 km di selatan Jerusalem. Di Hebron terdapat sekitar 500 pemukim Yahudi di tengah 170.000 penduduk Palestina.

Keputusan Israel itu memperkeruh suasana tidak harmonis sejak tahun 1994. Ekstremis Yahudi, Baruch Goldstein, membunuh 29 warga Palestina yang tengah menjalankan shalat subuh pada 25 Februari 1994.

Sejak itu Israel membagi dua kompleks Masjid Ibrahimi dan membuat dua jalan menuju kompleks, satu jalan khusus untuk kaum Muslim dan satu lagi untuk kaum Yahudi. Sejak itu pula, Hebron dan kompleks Ibrahimi menjadi simbol pertarungan bernuansa agama.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas memberi peringatan keras bahwa keputusan Pemerintah Israel itu bisa memicu perang agama. PM Palestina dari pemerintah Hamas, Ismail Haniya, juga mengatakan, keputusan Israel tersebut bisa meletupkan intifadah ketiga.

Anggota komite eksekutif PLO, Hanan Ashrawi, mengatakan, tindakan Israel itu merupakan bentuk serangan rasialis untuk mengikis identitas Palestina.

Akan tetapi, kantor PM Benjamin Netanyahu menolak pandangan Palestina yang disebutnya penuh dengan kebohongan.

Sejarah masjid

Palestina mengklaim Masjid Ibrahimi merupakan salah satu simbol warisan agama sakral. Di dalam masjid tersebut dimakamkan Nabi Ibrahim beserta para putranya, yakni Nabi Ishak, Nabi Yakob, Nabi Yusuf, Sarah (istri Ishak), dan Liya (istri Yakob). Kaum Yahudi mengatakan, situs itu milik mereka.

Pada abad ke-37 SM dan 40 SM dibangun pagar yang mengelilingi kompleks makam para nabi itu yang kini dikenal sebagai Masjid Ibrahimi. Pada tahun 324 M, Ratu Hilany dari dinasti Yunani menginstruksikan pembangunan atap di atas kompleks itu. Pada masa kekuasaan Persia, bangunan kompleks itu dibongkar. Kemudian pada masa kekuasaan Romania, kompleks itu dibangun kembali dan dijadikan gereja.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com