KHARTOUM, KOMPAS.com - Tentara Sudan terlibat bakutembak dengan pemberontak Darfur pada hari ketika presiden negara itu mengumumkan perang di wilayah Darfur berakhir karena ada gencatan senjata kedua pihak.
Pemberontak Darfur, Tentara Pembebasan Sudan (SLA), Kamis, mengatakan pasukan pemerintah menyerang setidaknya tiga daerah di wilayah pegunungan, Rabu, termasuk kota pasar yang ramai, Deribat. "Pertempuran seru berlangsung sampai Rabu malam," kata juru bicara SLA, Ibrahim al Hillu, kepada Reuters.
"Pasukan pemerintah menyerang dalam jumlah besar yang didukung pesawat-pesawat Antonov, helikopter-helikopter tempur dan pesawat-pesawat tempur MIG. Ini adalah perdamaian yang perintah tawarkan." kata Al Hillu.
Kelompok sosial Perancis, Medecins du Monde, mengatakan pihaknya terpaksa menangguhkan operasi-operasi karena pertempuran berkobar di wilayah Jabel Marra, Sudan tengah, Rabu, tetapi tidak mengatakan siapa yang terlibat. "Setelah serangan yang dilancarkan hari ini terhadap kota Deribat dan pertempuran berlangsung selama beberapa hari di Jabel Marra, khususnya di daerah Fein, Medicine du Monde terpaksa menangguhkan kegiatan medisnya di seluruh daerah itu," kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Rabu malam.
Akibat pertempuran itu, lebih dari 100.000 orang mengungsidi daerah itu dalam beberapa hari belakangan ini. Deribat, kota berpenduduk 50.000 jiwa diserang Rabu, menimbulkan pengungsian besar-besaran dan menyebabkan lebih dari 100.00 orang terlantar di daerah itu.
Militer Sudan tidak bisa segera dihubungi untuk diminta komentar. Presiden Sudan, Omar Hassan al Bashir, Rabu menyatakan perang di Darfur berakhir. Ia mengumumkan pembebasan 57 pemberontak, Rabu, sehari setelah penandatanganan gencatan senjata dan perjanjian perdamaian dengan kelompok pemberontak Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM).
Bashir menyampaikan pengumumannya pada satu rapat di Darfur setelah menyetujui gencatan senjata sementara dengan JEM di Doha, Selasa. Ia juga menandatangani satu perjanjian yang menyatakan Sudan akan mencapai satu perjanjian perdamaian akhir dengan pemberontak 15 Maret.
SLA yang dipimpin Abdel Wahed Mohamed el Nur yang tinggal di Paris, dan kelompok-kelompok pemberontak lainnya menolak perjanjian itu. Perjanjian tersebut dicapai hampir satu tahun setelah gencatan senjata Khartoum/JEM yang menurut pemberontak dilanggar dalam satu hari.
Konflik Darfur meletus tahun 2003 ketika kelompok pemberontak JEM yang non-Arab dan SLA mengangkat senjata melawan pemerintah. Mereka menuduh pemerintah tidak membangun wilayah itu dan merasa dipinggirkan. Khartoum memobilisasi milisi yang sebagian besar warga Arab untuk menumpas pemberontakan.
Washigton dan sejumlah aktivis menilai gelombang aksi kekerasan di wilayah itu sebagai genosida. Menurut versi PBB, jumlah korban tewas diperkirakan sampai 300.000 orang, sementara Khartoum mengatakan jumlah korban tewas hanya 10.000 orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.