Para pejabat di Tripoli, Libya, mengungkapkan hal itu hari Selasa (16/2), sehari setelah sebuah surat kabar negeri Afrika Utara itu memberitakan bahwa pihaknya akan segera ambil ”tindakan-tindakan tegas” menyikapi Swiss yang menerbitkan daftar hitam untuk menangkap 188 warga Libya. Termasuk di dalamnya, nama pemimpin Libya Moammar Khadafy beserta keluarganya.
Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini memperingatkan Swiss, yang juga termasuk dalam wilayah Schengen itu, agar menjaga hubungan baiknya dengan Libya. Dia meminta Swiss segera menyelesaikan masalah bilateralnya itu dan peka terhadap situasi yang berkembang. ”Namun tidak dengan menyeret pihak lain,” katanya kepada Sky TG24.
Pada hari Senin, Kementerian Luar Negeri Italia menyarankan warganya untuk tidak mengunjungi Libya. Sebab negara yang dipimpin tokoh kontroversial Moammar Khadafy sudah tidak lagi menerbitkan visa bagi semua negara anggota Schengen Eropa akibat ketegangan diplomatiknya dengan Swiss.
Situs internet Kemlu Perancis mengatakan, Libya telah menunda penerbitan visa untuk wilayah Schengen, yang meliputi 25 negara Eropa. Zona Schengen ini meliputi 22 anggota Uni Eropa (EU) dan 3 negara Eropa lainnya termasuk Swiss. Anggota EU, seperti Inggris, Irlandia, Rumania, Bulgaria, dan Siprus, tidak berada di dalam zona Schengen.
Komisi Eropa memprotes sikap Libya yang muncul secara tiba-tiba dan sepihak itu. ”Komisi Eropa menyesalkan keputusan sepihak dan tidak proporsional oleh pihak berwenang Libya itu,” kata Komisioner Dalam Negeri UE Caecilia Malmstroem.
”Komisi juga menyesalkan bahwa wisatawan yang telah memperoleh visa secara sah sebelum muncul ketegangan ini juga tiba-tiba ditolak masuk Libya,” kata Malmstroem. Terkait hal itu, EU dan negara anggota Schengen akan membahasnya demi memberikan tanggapan yang tepat.
Eksekutif dan diplomat asing yang bekerja di Libya mengatakan, sudah lumrah terjadi bahwa pejabat Libya sering membuat aturan yang berubah-ubah. ”Aturan itu takkan lama,” kata Charles Gurdon, ahli Libya dan konsultan pada Menas Associates yang berbasis di London.
Libya dan Swiss terlibat dalam pertikaian diplomatik yang panjang sejak Juli 2008. Terutama setelah putra Khadafy, Hannibal, dan istrinya ditangkap di Geneva. Saat itu polisi Swiss menangkap Hannibal dan istrinya di hotel mewah di tepi Danau Geneva. Hannibal yang menginap di hotel itu disangka menganiaya dua karyawan hotel.
Pasca-penangkapan Hannibal dan istrinya itu, Khadafy merasa dilecehkan. Libya pun langsung mengambil sikap tegas, yakni menghentikan ekspor minyak ke Swiss dan menarik semua asetnya dari bank Swiss senilai 5 miliar dollar AS.
Tripoli juga mengusir dua pengusaha Swiss di Libya, Max Goeldi dan Rachid Hamdani, akibat pelanggaran visa dan pelanggaran lainnya. Namun, kalangan pejabat Libya di Tripoli mengatakan, kasus dua pengusaha Swiss itu tidak terkait dengan penangkapan Hannibal di Geneva. Sejak saat itulah ketegangan diplomatik antara Libya dan Swiss terus memanas.