Barat menuduh Iran melanggar kesepakatan Vienna tentang program nuklir Iran pada 21 Oktober tahun lalu antara Iran dan kelompok negara 5+1 (AS, Rusia, China, Inggris, Perancis, dan Jerman). Kesepakatan itu meminta Iran menghentikan pengayaan uranium. Imbalannya, Barat akan mengirim uranium yang telah diperkaya ke Iran untuk keperluan riset.
Ketua Badan Tenaga Atom Iran Ali Akbar Salehi, Senin malam, mengatakan, Iran siap menghentikan proses pengayaan uranium jika Barat setuju memasok bahan uranium yang dibutuhkan Iran untuk keperluan riset.
Salehi mengatakan, tim inspeksi dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) diharapkan hadir menyaksikan dimulainya proses pengayaan itu.
Wakil tetap Iran di IAEA, Ali Asghar Soltanieh, menyatakan, ada empat syarat yang harus disetujui Barat untuk pelaksanaan proses barter uranium antara
Para pengamat mengatakan, kemampuan Iran melakukan proses pengayaan uranium hingga 20 persen merupakan langkah berbahaya karena Iran bisa dengan mudah dan dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat membuat bom nuklir.
Jubir Kementerian Luar Negeri China, Ma Zhaoxu, mengatakan, ”Pihak-pihak terkait menggerakkan lagi upaya dan mendorong tercapainya kemajuan dalam dialog dan perundingan.”
Menlu Turki Ahmet Davutoglu mengungkapkan akan mengunjungi Iran dalam beberapa hari mendatang untuk membahas isu nuklir. ”Saya percaya jalur diplomatik belum maksimal dan pintu solusi masih terbuka,” kata Davutoglu.
Ketegangan baru Iran-Barat soal isu program nuklir itu meningkatkan ketegangan situasi keamanan di kawasan Teluk. Menurut harian Al Quds Al Arabi di London, dua kapal perang perusak Israel telah tiba di kawasan Teluk Arab (Persia) melalui Terusan Suez sejak Senin lalu.