Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keahlian di Balik Sayap F-16

Kompas.com - 26/01/2010, 03:11 WIB

Seusai tes kesehatan, para pilot masuk ke ruang peralatan. Masing-masing memiliki helm yang memang dicetak khusus agar cocok dengan bentuk kepala pilot. Suhu di ruang peralatan ini sekitar 20 derajat celsius agar segala peralatan tetap kering. Di sinilah tersimpan G-suit serta tas berisi perlengkapan, seperti helm, sarung tangan, dan check list kondisi darurat. Dari sini, mereka telah siap berjalan ke hanggar tempat F-16 telah disiapkan.

Di hanggar, setelah menerima laporan dari penerbangan selanjutnya, lagi-lagi dilakukan cek terhadap pesawat. Selain cek instrumen, pesawat F-16 ini juga diraba dengan jari seluruh permukaan tubuhnya. Alasannya, agar bisa dengan mudah mendeteksi kebocoran.

Kalau semuanya beres, barulah mesin dinyalakan. Pada saat yang sama, di dispatch ada pilot lain yang memantau perkembangan. Pilot jaga ini minimal sudah mencapai posisi wingman agar bisa memberi masukan sesuai manual. Sebagai catatan, salah satu perbedaan penting antara Sukhoi dan F-16, pesawat asal AS ini memiliki buku manual yang lengkap, sementara Sukhoi semuanya ada di kepala perwakilannya sehingga ilmu itu baru keluar saat ditanyakan.

Penuh tekanan

Setelah semuanya siap, pesawat pun mengangkasa. Sekembalinya dari misi, para pilot beristirahat di Dragon Nest sambil makan siang. Sore hari, para dragon ini telah ada di ruang kebugaran dan bergantian mengangkat beban.

Tugas mereka memang penuh tekanan. Seperti yang diceritakan Mayor Setiawan ”Gryphon” yang mulai jadi pilot F-16 pada 1997. ”Kekhawatiran pasti ada, pernah saya mau terbang tiba-tiba ada masalah. Akan tetapi, yang penting semuanya kita harus siapkan dengan teliti,” katanya.

Salah satu keandalan F-16 adalah dalam pertempuran jarak dekat. Untuk itu, diperlukan keterampilan pesawat bermanuver. Secanggih apa pun pesawatnya, manusia tetap menjadi unsur terpenting. Dalam berbagai latihan dengan negara tetangga, Fajar memuji pilot-pilot dari Singapura yang disebutnya sangat profesional dalam segi keamanan dan brifing yang rinci. Ada cerita tentang pilot-pilot negara tetangga lain yang memiliki pesawat dengan kelas yang lebih tinggi dari F-16 Indonesia, sayangnya mereka minimalis dan tidak ingin mengeksplorasi kemampuan pesawatnya.

Sayangnya, kemampuan dan semangat juang di Indonesia sering tidak berbanding lurus dengan pendapatan. Letkol Fajar, misalnya, setelah sekitar 15 tahun menjadi pilot pesawat tempur, sesuai dengan pangkatnya, kira-kira mendapatkan gaji sebesar Rp 5 juta per bulan. Ada pendapatan tambahan sekitar Rp 400.000 per bulan karena ia memiliki brevet penerbang.

Coba bandingkan dengan nasib pilot tempur di Singapura yang menurut www.mindef.gov.sg mendapatkan gaji sekitar Rp 50 juta. Itu belum termasuk tabungan dan bonus dari negara. ”Ini pekerjaan berisiko tinggi. Memang terkadang kami merasa tidak terperhatikan oleh negara. Akan tetapi, sebagai prajurit kami tetap laksanakan tugas,” kata Fajar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com