Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT Pindad Serahkan 33 Panser kepada Dephan

Kompas.com - 13/01/2010, 21:10 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Sebagai bagian dari pemenuhan kontrak pembelian 154 unit panser oleh Departemen Pertahanan, PT Pindad (Persero) menyerahkan 33 unit panser tipe angkutan personel sedang (APS) 6x6, Rabu (13/1/2010) di Bandung, Jawa Barat. Sebelumnya, PT Pindad menyerahkan 60 unit panser dengan tipe yang sama pada tahun 2008 dan 2009.

Hadir dalam penyerahan panser itu Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar, Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, dan Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Dephan Marsekal Madya Eris Herryanto yang didampingi jajaran perwira dari Markas Besar TNI dan Mabes Angkatan Darat.

Dari 33 unit panser yang diserahkan, 13 unit di antaranya akan dipergunakan bagi pasukan TNI AD yang tergabung dalam pasukan perdamaian dunia di Lebanon. Adapun 20 unit sisanya akan digunakan di Mabes AD.

Dengan penyerahan tersebut, maka masih tersisa 61 unit panser lagi yang akan diselesaikan pengerjaannya oleh PT Pindad pada tahun 2010. Rencananya, sisa 61 unit itu diserahkan pada Juli dan September 2010. Nilai total 61 unit panser itu Rp 473,1 miliar.

Eris menerangkan, 33 unit panser buatan PT Pindad ini nilainya Rp 505,495 miliar. Ini merupakan penyerahan panser tahap ketiga. Ada pun total nilai kontrak pemesanan panser yang ditandatangani pada 12 Juni 2008 ialah Rp 1,127 triliun.

"Dephan membentuk tim khusus untuk mengecek kelayakan panser buatan Pindad ini baik secara teknis, maupun kesesuaian kualitas produknya dengan kontrak," katanya.

Direktur PT Pindad, Adik Avianto Soedarsono mengatakan, panser produksi dalam negeri tersebut 80 persen menggunakan material lokal, kecuali mesin dan ban. "Kami masih menggunakan mesin dari Renault, Perancis. Untuk ban, kami mengimpor dari beberapa negara termasuk China," katanya.

Panser buatan Pindad itu memiliki berat kendaraan maksimal 12 ton dengan baja tahan peluru setebal 8 sampai 10 milimeter. Kendaraan tempur itu juga mampu melaju dengan kecepatan 90 kilometer per jam, berkapasitas 15 orang, serta dilengkapi kamera, pendingin ruangan dan alat komunikasi.

Menhan Purnomo dalam kesempatan itu memberikan apresiasi kepada PT Pindad. Dengan menggunakan produksi dalam negeri, negara bisa menghemat miliaran rupiah. Apalagi, spesifikasi panser buatan Pindad telah memenuhi standar internasional. "Panser buatan asing harganya 1,25 juta dollar Amerika, atau jauh lebih mahal dibandingkan dengan buatan dalam negeri yang harganya 650.000 dollar Amerika," ujarnya.

Terkait dengan masih digunakannya material impor, Purnomo mengatakan hal itu akan dikurangi secara bertahap hingga seluruh material nantinya berasal dari dalam negeri.

Menhan menegaskan, pemerintah saat ini memprioritaskan pengembangan industri pertahanan dalam negeri dengan membeli produk buatan dari BUMN strategis, seperti PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia.

Revitalisasi industri pertahanan masuk dalam program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu. "Salah satu upayanya ialah penyelesaian Peraturan Presiden tentang revitalisasi industri pertahanan dalam beberapa hari ini," kata Purnomo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com