Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertukaran Anjing yang Buat Uring-uringan Pemimpin Taliban

Kompas.com - 22/12/2009, 16:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Seekor anjing pengendus bom milik tentara Australia hilang saat operasi militer di Afganistan tahun 2008. Anjing itu kembali setelah "diadopsi" pemimpin Taliban yang mencoba menjualnya.

Sabi, anjing labrador hitam itu, menjadi berita utama ketika kemudian ditemukan secara ajaib setelah hilang selama 14 bulan. Pemulihan anjing itu diumumkan Pasukan Pertahanan Australia pada 11 November lalu, tepat ketika Perdana Menteri Australia Kevin Rudd mengunjungi tentara Australia di markas mereka di Tarin Kowt, di Provinsi Oruzgan.

Kisahnya, anjing itu ditemukan seorang pasukan khusus Amerika Serikat (AS) yang dipanggil "John". Ia mendapatkan kembali anjing itu dari seorang laki-laki yang tidak disebutkan namanya di sebuah kawasan yang tidak dirinci di timur laut Oruzgan. "John" mengucapkan terima kasih kepada lelaki itu dan menjabat tangannya karena anjing itu telah diurus dengan baik.

Namun, ketika tetua suku setempat mendengar Sabi bertemu dengan Perdana Menteri Kevin Rudd, mereka mulai merasakan adanya kesenjangan informasi tentang anjing itu. Mereka lalu memberitahu Martine van Bijlert, seorang pengamat politik yang tinggal di Kabul dan mantan diplomat Belanda, bahwa Sabi dulu berada di tangan Mullah Hamdullah, seorang pemimpin Taliban di wilayah Khas Oruzgan. Menurut para tetua suku itu, Hamdullah sangat bangga dengan anjing itu dan memamerkannya ke mana-mana.

Di satu sisi, tentara Australia sangat menginginkan anjing mereka kembali. Ketika ayah Hamdullah ditahan, mereka mengirim pesan bahwa mereka hendak menukarkan ayahnya dengan anjing itu.

Hamdullah tidak berpikir bahwa itu merupakan pertukaran yang sepadan. Dia menolaknya. Akhirnya pasukan asing melepaskan ayah Hamdullah, sementara Sabi tetap berada di tangan Taliban.

Ketika Hamdullah lelah mengurus anjing itu, dia mengirim seorang utusan ke markas militer terdekat untuk menukarkan anjing itu dengan uang. Karena pasukan Australia tidak punya markas di Khas Oruzgan, negosiasi kemudian dilakukan pihak Amerika. Tentara Amerika meminta bukti hidup, maka segera perantara dikirim untuk mengambil gambar Sabi.

Ketika identitas anjing itu dipastikan, Hamdullah meminta bayaran 10.000 dollar AS atau sekitar Rp 100 juta jika ingin anjing itu kembali dalam keadaan hidup.

Utusan itu kemudian kembali mendatangi pasukan Amerika bersama Sabi. Menurut sumber Afganistan, van Bijlert, memberitahukan, pria yang menyerahkan anjing itu hanya mendapat sebagian kecil dari uang yang dijanjikan. Dia kembali ke Hamdullah dengan tangan nyaris kosong, tanpa Sabi, hanya sedikit uang.

"Hamdullah tidak senang," kata van Bijlert yang mengutip sumber Afganistannya sebagaimana dilansir The Telegraph, Selasa. "Dia sebelumnya telah menolak untuk menukarkannya dengan ayahnya dan sekarang hanya mendapatkan sedikit uang."

Van Bijlert mengatakan kepada The Sunday Age, sejumlah uang telah berpindah tangan. "Namun, jumlahnya yang sangat kecil, tidak seperti yang Hamdullah harapkan." Ketidaksenangan Hamdullah telah menyebabkan bahan lelucon warga desa-desa di Khas Oruzgan, di mana Sabi dikenal luas.

Van Bijlert membuat kesimpulan tentang kisah itu di blognya dengan menulis sebuah pertemuannya dengan seorang tetua suku lokal, "'Apakah Anda dengar bahwa mereka memberi anjing itu sebuah medali? Ketika Perdana Menteri Australia datang ke Afganistan, mereka membuat berita tentangnya bersama anjing itu'. Dia berusaha untuk tidak senyum terlampau lebar. Katanya, 'Itu mestinya seekor anjing yang sangat mahal'."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com