Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3000 Tentara Kurung Keluarga Ampatuan

Kompas.com - 04/12/2009, 05:33 WIB

GENERAL SANTOS, KOMPAS.com - Angkatan Darat Filipina, Kamis (3/12), mengirim 400 tentara tambahan untuk mengepung keluarga Ampatuan yang sangat berkuasa di Filipina selatan. Dengan tambahan pasukan itu, sebanyak 3.000 prajurit kini mengurung keluarga itu di kediaman mereka.

Juru bicara militer, Letkol Romero Brawner, menjelaskan, kehadiran tentara itu untuk membatasi ruang gerak keluarga Ampatuan sekaligus mencegah para pendukung klan berkuasa itu mendekati kediaman keluarga tersebut yang berada di Sharrif Aguak, ibu kota Maguindanao.

Tindakan itu, ditambahkan Brawner, juga untuk mendukung kepolisian nasional jika surat perintah penahanan dikeluarkan kepada beberapa anggota klan Ampatuan itu, yang kemungkinan didakwa dengan pembunuhan, termasuk pemimpin tertinggi keluarga itu, Andal Ampatuan senior.

”Saat ini penjagaan keamanan sangat ketat di wilayah itu. Kami menghentikan para pendukung mereka supaya tidak masuk ke rumah keluarga itu,” kata Brawner, sambil menambahkan bahwa 10 panser pengangkut pasukan dan tank juga dikerahkan ke Maguindanao.

Jubir militer itu menegaskan, kehadiran militer diperlukan untuk mencegah meledaknya kekerasan lebih lanjut, termasuk kemungkinan serangan balas dendam dari klan Mangudadatu, yang juga diketahui memiliki para pendukung bersenjata.

Keterlibatan PBB

Pada saat kunjungan Presiden Gloria Macapagal-Arroyo ke kota General Santos, Rabu (2/12), keluarga para wartawan yang menjadi korban menuntut keadilan cepat ditegakkan.

”Saya menuntut keadilan untuk putri saya. Kita harus melakukan itu kepada keluarga Ampatuan, atas apa yang mereka lakukan terhadapnya dan kawan- kawannya,” kata Maura Montano (90), ibu Marife yang bekerja untuk tabloid Saksi News, yang tewas dalam pembantaian 23 November lalu.

Di Manila, ketua penyidik Arturo Cacdac, mengatakan, para penyelidik sudah mengotopsi 37 korban pembantaian, enam di antaranya perempuan.

Dia menguraikan, sebagian besar korban ditembak dengan senapan M-16 dari jarak dekat, juga diindikasikan sejumlah perempuan telah diperkosa.

Organisasi wartawan Filipina kemarin mengungkapkan kemungkinan untuk meminta PBB terlibat dalam penyidikan kasus pembantaian 57 orang itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com