AMPATUAN, KOMPAS.com - Pemerintah Filipina memberlakukan keadaan darurat di dua provinsi di bagian selatan negara itu, menyusul pembantaian terhadap 46 orang oleh sebuah kelompok bersenjata. Pembunuhan terkait pemilihan umum itu menewaskan puluhan jurnalis.
”Ada keperluan mendesak untuk mencegah dan menekan terjadinya insiden kekerasan serupa,” kata juru bicara Pemerintah Filipina, Cerge Remonde, Selasa (24/11), saat mengumumkan pemberlakuan darurat itu.
Dua provinsi itu adalah Provinsi Maguindanao dan Provinsi Sultan Kudarat, dan juga kota Cotabato. Pemberlakuan keadaan darurat itu memberikan kekuasaan besar kepada polisi dan tentara untuk melakukan penangkapan dan penahanan. Perintah itu diberikan pada saat tentara, dengan menggunakan sekop dan tangan telanjang, berusaha membongkar kuburan untuk menemukan mayat para korban.
Juru bicara polisi, Leonardo Espina, mengatakan, 46 mayat telah ditemukan.
Polisi dipecat
Presiden Gloria Macapagal- Arroyo memerintahkan pengiriman tentara tambahan ke wilayah itu dan memecat Kepala Kepolisian Maguindanao. ”Semua upaya akan dilakukan untuk memberikan keadilan kepada para korban dan pertanggungjawaban para pelaku akan sangat maksimal sesuai dengan aturan hukum,” ujar Arroyo.
Pada mayat korban terdapat lubang peluru dan luka tersayat parang. Beberapa dari lelaki yang tewas itu tangannya diikat di belakang dan salah seorang perempuan korban tengah hamil.
Kebanyakan korban adalah perempuan dari klan Mangudadatu yang berkuasa. Warga klan itu dengan didampingi beberapa pengacara dan para jurnalis dalam perjalanan untuk menyampaikan formulir pencalonan salah seorang warga klan mereka untuk pemilu Mei 2010.
Berebut jabatan gubernur
Ketika itu, para lelaki dari klan itu tidak ada yang ikut karena meyakini para perempuan tidak akan diserang oleh rival-rival mereka. Namun, konvoi rombongan itu kemudian dicegat oleh sekitar 100 lelaki bersenjata, yang kemudian menggiring mereka menjauh dari jalan raya, dan kemudian menembaki mereka dengan senapan M-16 serta menyerang dengan parang.
Salah seorang korban adalah Genalyn Tiamzon-Mangudadatu, yang suaminya, Esmael, ingin berkompetisi untuk jabatan gubernur melawan Datu Andal Ampatuan, ketua keluarga berkuasa lainnya di pulau itu.
Ampatuan, sekutu Arroyo, telah terpilih sebagai gubernur Maguindanao tiga kali. Salah satu anaknya adalah gubernur wilayah otonom Muslim Mindanao, wilayah yang mencakup enam provinsi. Keluarga Ampatuan sejauh ini tidak berkomentar apa pun mengenai kejadian itu. (AP/AFP/Reuters/OKI)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.