Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sonthi Pimpin Parpol Baru Politisi Muslim

Kompas.com - 19/11/2009, 06:29 WIB

BANGKOK, KOMPAS.com - Jenderal (Purn) Sonthi Boonyaratglin, mantan Panglima Angkatan Darat Thailand yang memimpin kudeta penggulingan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra pada tahun 2006, menerima dirinya dipilih sebagai pemimpin partai politik baru, Partai Matubhum.

Anggota partai baru yang masih terbilang kecil itu sebagian besar terdiri dari politisi Muslim dari provinsi-provinsi di selatan Thailand, yang diguncang sejumlah tindak kekerasan.

”Saya memutuskan memimpin partai ini karena kebijakan-kebijakannya yang netral dan negeri kita sangat terbelah. Tujuan partai ini adalah membuat negeri kita damai,” jelas Sonthi, Rabu (18/11).

Meskipun dulu menggulingkan mantan PM Thaksin Shinawatra, Sonthi (63) menolak untuk memastikan tidak akan bekerja sama dengan partai oposisi Puea Thai yang pro-Thaksin.

Pemilihan umum Thailand direncanakan akan digelar pada tahun 2011. Partai pro-Thaksin sebelumnya dibubarkan oleh Komisi Pemilihan Umum atas kecurangan yang dilakukan pada Desember 2008, hampir bersamaan dengan aksi protes masa anti-Thaksin yang memblokade bandara internasional di Bangkok. Keputusan Komisi Pemilu itu memuluskan jalan Abhisit menjadi PM Thailand.

Rekonsiliasi nasional

Sonthi menguraikan, platform Partai Matubhum cocok dengan apa yang dipikirkannya dan didasarkan pada perlunya rekonsiliasi nasional.

”Problem utama negeri ini adalah perpecahan sosial dan politik, dan itu harus diselesaikan,” ungkapnya sambil menegaskan bahwa Partai Matubhum akan memutuskan atas dasar kemanfaatan bagi negara.

Sonthi pernah memimpin Dewan Keamanan Nasional (CNS) yang sekarang sudah dibubarkan. Dulu CNS merupakan aliansi kepala-kepala polisi dan militer yang memimpin kudeta tak berdarah terhadap Thaksin.

Selain tokoh politik dari wilayah selatan Thailand, bergabung juga beberapa mantan perwira militer Thailand di partai baru ini. Turunnya Sonthi ke panggung politik praktis menambah semakin banyaknya rival PM Abhisit Vejjajiva pada pemilu mendatang.

”Saya melakukan kudeta untuk menjatuhkan pemerintahan Thaksin dan menjaga demokrasi. Tetapi seorang diplomat bertanya kepada saya baru-baru ini, bagaimana Thailand telah mundur sangat jauh dalam dua tahun terakhir,” papar Sonthi.

Tokoh menonjol lainnya, Sondhi Limthongkul yang merupakan pendiri aksi protes kaus kuning, pada bulan lalu telah dipilih untuk memimpin sebuah sayap politik baru, Partai Politik Baru.

Sondhi berperan besar memimpin gerakan rakyat untuk menjatuhkan dua pemerintahan terpilih pro-Thaksin.

Sementara itu, puluhan perwira militer Thailand belum lama ini bergabung dengan Partai Puea Thai. Juga beredar spekulasi bahwa Sonthi kemungkinan menyiapkan diri untuk bekerja sama dengan sekutu-sekutu Thaksin.

Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva dengan Partai Demokratnya hingga saat ini mendapat dukungan kelompok terbesar militer yang sangat berkuasa. Akan tetapi, keterlibatan banyak mantan perwira militer di sejumlah partai politik diduga kuat akan memengaruhi dukungan kalangan militer dan keluarganya terhadap Abhisit.

Kondisi politik Thailand sampai saat ini memang belum benar-benar stabil. Para pendukung Thaksin, yang suaranya lebih kuat dalam pemilihan umum, terus menggugat kemenangan mereka yang tidak diakui. Di sisi lain, pemerintahan Abhisit pun hingga saat ini belum melakukan upaya-upaya yang memadai untuk membangun rekonsiliasi kembali dengan rakyat pendukung Thaksin. (AFP/Reuters/OKI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com