Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Tolak Enam Pria Uighur Mantan Tahanan Guantanamo

Kompas.com - 15/11/2009, 15:45 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com — China diduga telah menekan Australia untuk menolak menerima enam pria Uighur yang dibebaskan dari penjara Teluk Guantanamo dan dikirim ke negara pulau Pasifik Palau, demikian dikatakan Presiden Johnson Toribiong.

Toribiong mengatakan kepada stasiun televisi SBS, pihaknya menyambut baik enam Muslim yang mendekam delapan tahun di tahanan di pangkalan militer Amerika Serikat itu.

"Ini aneh, karena Australia adalah negara besar," kata Presiden Palau dalam wawancara yang ditayangkan di Sydney, Minggu (15/11).

"Saya menduga mereka ditekan China untuk mengambil sikap demikian, namun menurut pendapat saya masalah atau sengketa antara AS dan China berkaitan dengan orang-orang ini adalah antar-mereka," katanya.

Palau, bekas wilayah kekuasaan AS yang tergantung berat pada bantuan Amerika itu, setuju memberikan tempat tinggal sementara kepada enam orang Uighur yang dinyatakan bebas dari semua tuduhan empat tahun lalu.

AS menolak mengirim mereka kembali ke China—yang menyatakan marah atas pembebasan mereka dan menyebut mereka sebagai tersangka teroris—karena takut mereka akan disiksa.

Salah seorang dari enam orang itu, Ahmad Tourson, mengatakan kepada program Dateline SBS, kelompoknya lebih suka menetap di negara lain, terutama Australia yang menurutnya telah ada masyarakat Uighur di sana.

"Kami tiba di sini, ke Palau karena dekat ke Australia. Sementara kami berada di sini, kami akan mengajukan lagi izin menetap di Australia, kami berharap akan diterima," ujarnya.

Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan, pihaknya tak bisa memberikan komentar terhadap masalah khusus ini, tetapi membenarkan China telah memberikan penjelasan mengenai masalah itu kepada Canberra.

Keenam warga Uighur itu tiba di Palau dua pekan lalu sebagai bagian dari upaya Presiden Barack Obama untuk menutup pusat tahanan Teluk Guantanamo.

Bekas para tahanan di antaranya 22 orang Uighur—minoritas Muslim berbahasa Turki—tinggal di kamp mandiri di Afganistan ketika invasi yang dipimpin AS terhadap negara itu sejak Oktober 2001.

Mereka mengatakan telah lari ke Afganistan untuk menghindari penyiksaan di tanah air mereka di Xinjiang, China barat laut.

Pada pekan lalu Beijing mengatakan telah melakukan hukuman mati terhadap sembilan orang yang terlibat dalam kerusuhan etnik antara suku Uighur dan kelompok etnis Han yang dominan di China, pada Juli lalu di Xinjiang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com