Dari pengasingan, ia mengadakan perlawanan dengan tetap membina hubungan dengan pendukungnya di Thailand. Thaksin terus membayang-bayangi pemerintahan yang dipimpin PM Thailand Abhisit Vejjajiva yang telah mendapat restu dari Raja Bhumibol Adulyadej. Bahkan, tidak jarang, Thaksin menggalang aksi unjuk rasa menentang pemerintahan PM Abhisit.
Tampaknya, gangguan Thaksin itu membuat PM Abhisit gerah. Maklum, Abhisit memperoleh kekuasaan melalui pemungutan suara di parlemen, bukan dengan kemenangan mutlak dalam pemilihan umum, seperti Thaksin. Repotnya, saat ini ia harus menghadapi gangguan Thaksin sendirian, mengingat Raja Bhumibol Adulyadej tengah terbaring di rumah sakit.
Sikap menahan diri PM Abhisit itu adalah sikap yang tepat, mengingat PM Kamboja Hun Sen bukanlah orang gampang digertak. Hun Sen sudah membuktikan dirinya dengan bertahan sebagai penguasa Kamboja bahkan ketika ASEAN, termasuk Thailand, ramai-ramai menentangnya ketika ia menggulingkan pemerintahan Khmer Merah dengan dukungan tentara Vietnam pada tahun 1979.
Sikap keras Hun Sen diperlihatkannya pada 13 Oktober, ketika ia mengultimatum Thailand untuk menarik mundur pasukannya dalam waktu 24 jam, atau ia akan mengubah perbatasan menjadi wilayah perang. Thailand kemudian menarik mundur pasukan esok harinya.
Yang terbaik bagi PM Abhisit adalah tidak menanggapi ulah Hun Sen dan Thaksin secara berlebihan.