Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thaksin "Berlabuh" pada Sahabat Lama

Kompas.com - 11/11/2009, 05:42 WIB

KOMPAS.com -  Selama tiga tahun terakhir, mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra melanglang buana setelah kehilangan kekuasaan dalam kudeta militer tahun 2006. Setelah berbelanja berlian di Afrika, bermain golf di Asia, Thaksin kini bernaung di ”rumah” sahabat lamanya, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen.

Setelah diangkat sebagai penasihat ekonomi Kamboja, Thaksin kini mendapat pijakan untuk meluncurkan kembalinya dirinya ke politik Thailand. ”Thaksin kini dalam posisi serang baru. Ini adalah upaya yang sudah diperhitungkan untuk melemahkan pemerintahan (Thailand) dan untuk mengubah pemerintahan,” kata analis politik Thailand dari Chulalongkorn University, Thitinan Pongsudirak.

Thaksin menjadi teman dekat Hun Sen sejak tahun 2003 saat keduanya memperbaiki hubungan kedua negara menyusul pembakaran Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh. Kadang- kadang, mereka bermain golf bersama. Hun Sen dan Thaksin tetap dekat saat Thaksin digulingkan.

Menurut sejumlah analis, berlabuhnya Thaksin di Kamboja memang sudah dirancang sebelumnya. Kunjungan oleh ketua partai pro-Thaksin ke Phnom Penh baru-baru ini mengindikasikan langkah penerimaan Thaksin di Kamboja sudah direncanakan.

”Thaksin ingin mengambil kembali apa yang dinilainya sebagai haknya yang sah, yaitu pemilu lagi yang dia yakin bisa dimenanginya,” lanjut Thitinan. Thaksin masih populer di kalangan rakyat pedesaan Thailand.

Ambang pintu

Kamboja, ambang pintu Thailand, adalah tempat yang tepat untuk memulai upaya itu. Selama ini, Thaksin meluncurkan upaya untuk merendahkan Pemerintah Thailand dari jauh.

Setelah digulingkan, Thaksin tinggal di London dan Dubai. Inggris, Jerman, dan sejumlah negara telah melarang Thaksin. Namun, tak kurang banyak negara yang bersedia menerima tawaran investasinya dan memberinya paspor baru, seperti Nikaragua dan Montenegro.

Dia pun bebas berkeliling dunia. Bermain golf di Brunei, Bali, dan Dubai, menginspeksi tambang berlian di Afrika Selatan, menyeruput kopi di sebuah jet pribadi, dan bertemu para pemimpin negara dalam perjalanan ke Sri Lanka, Papua Niugini, dan Maladewa. Investasi di sektor emas dan berlian membawa Thaksin ke Liberia, Uganda, dan Swaziland.

Secara geografis, negara-negara itu berlokasi jauh dari Thailand sehingga tidak efektif bagi Thaksin untuk melancarkan ”serangan” terhadap pemerintahan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva. Dengan keleluasaan di Kamboja sekarang, Thaksin berada di posisi paling dekat dengan Thailand.

Menurut Thitinan, baik Thaksin maupun Hun Sen sama-sama mendapat keuntungan. Bagi Hun Sen, pengangkatan Thaksin sebagai penasihat ekonomi menghina Abhisit yang menolak bernegosiasi soal sengketa tanah di sekitar Kuil Preah Vihear di perbatasan kedua negara. Dia juga ingin membalas Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya yang menyebut Hun Sen ”gangster”.

Tekanan sekarang memang ada pada Abhisit agar tidak bereaksi berlebihan setelah menarik duta besar untuk Kamboja dan membatalkan kesepakatan eksplorasi minyak dan gas dengan Kamboja.

”Seberapa buruk situasi ini nantinya bergantung pada apakah Abhisit bisa tetap tenang dan menghindari tekanan dari pihak-pihak yang ingin memanas-manasi konflik. Jika dia berbuat seperti beberapa hari terakhir, situasi akan makin buruk,” kata Michael Montesano, peneliti pada Institute of Southeast Asian Studies di Singapura. (ap/afp/fro)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com