Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaza, Goldstone, dan Ilusi Perdamaian

Kompas.com - 28/10/2009, 07:12 WIB

KOMPAS.com - Kamp pengungsi Jabaliya, yang terletak di sebelah utara Gaza City, berubah menjadi hamparan puing-puing bangunan, tak lama setelah perang Gaza pecah, 27 Desember 2008. Nyaris tidak ada bangunan rumah pengungsi Palestina di kamp itu yang masih berdiri tegak. Bahkan, pohon-pohon pun tumbang, rebah berkalang tanah.

Hari-hari berikutnya, selama operasi militer yang dilancarkan Israel, rumah, pabrik, sekolah, rumah sakit, kantor polisi, gedung parlemen, dan bangunan milik pemerintah dihancurkan Israel. Penghuni rumah yang menjadi sasaran serangan Israel kocar-kacir—laki-perempuan, tua-muda, anak-anak- orangtua—mencari selamat.

Tentara Israel juga menghina, merendahkan martabat orang-orang Gaza, antara lain dengan menjadikan mereka sebagai tameng manusia, menahan banyak orang secara tidak sah, merusak rumah-rumah, membuat grafiti-grafiti di tembok-tembok rumah yang mereka masuki dengan tulisan-tulisan provokatif dan menghina.

Operasi militer Israel bernama sandi Operation Cast Lead itu menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina! Sebagian korban tewas adalah penduduk sipil. Sementara korban tewas di pihak Israel hanya tiga penduduk sipil dan 10 tentara!

Ilusi perdamaian

Itulah antara lain yang terungkap dalam laporan Komisi Pencari Fakta Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang perang Gaza yang dipimpin oleh Richard Goldstone. Komisi bentukan Dewan Hak Asasi Manusia PBB itu yang mendapat mandat untuk ”menginvestigasi semua pelanggaran hukum hak-hak asasi internasional dan hukuman humanitarian internasional yang mungkin dilakukan dalam konteks operasi militer di Gaza selama periode perang, 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009, apakah sebelum, selama, atau setelah”.

Kesimpulan dari laporan Goldstone adalah baik Israel maupun Hamas melanggar hukum internasional selama perang Gaza yang dimulai 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Israel juga disebut melakukan kejahatan perang internasional.

Laporan setebal hampir 600 halaman itu disusun berdasarkan pengumpulan bukti-bukti di lapangan, dengar pendapat, mewawancarai hampir 200 orang, memeriksa dan melihat foto, video, citra satelit, dan memeriksa lebih dari 300 laporan lain.

Sangat sulit menyangsikan kebenaran laporan itu, apalagi komisi pencari fakta dipimpin Richard Goldstone, salah seorang ahli hukum internasional yang sangat dihormati dan berpengalaman. Ia pernah menjadi hakim pada Mahkamah Konstitusi Afrika Selatan dan jaksa Tribunal Kriminal Internasional untuk para penjahat perang Yugoslavia dan Rwanda.

Yang lebih menarik lagi, Richard Goldstone adalah orang Yahudi. Menurut putrinya—seorang Zionis yang pernah tinggal di Israel selama enam bulan—Goldstone juga seorang Zionis dan pencinta Israel. Tetapi, menurut putrinya, Goldstone mau menerima tugas itu karena ia ingin lahir perdamaian di setiap hati orang yang hidup di Israel.

Mungkinkah tercipta perdamaian di Timur Tengah? Hasil komisi pencari fakta telah memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Perdamaian akan sulit ditegakkan bila keadilan tidak juga ditegakkan. Tidak akan pernah ada perdamaian tanpa keadilan. Hak hidup dan hak tinggal orang Palestina di Tanah Palestina harus dihormati. Bila tidak, ”lalu apa yang kita maksud dengan perdamaian itu,” kata mantan Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar. Perdamaian menjadi mantra umum yang sudah kehilangan maknanya. (IAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com