Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

200 Peti Mati Dikirim ke Filipina Utara

Kompas.com - 13/10/2009, 07:38 WIB

BAGUIO, KOMPAS.com — Otoritas Filipina, Senin (12/10), mengirim lebih dari 200 peti mati ke wilayah utara negara itu untuk memakamkan korban banjir dan tanah longsor. Jumlah korban tewas akibat bencana itu begitu banyak sehingga sejumlah daerah kekurangan peti mati.

Di kota Baguio, jantung jajaran Pegunungan Cordillera, jumlah korban tewas mencapai 277 orang, termasuk satu keluarga, yang beranggotakan delapan orang, yang tewas tertimbun tanah longsor. Di Provinsi Benguet, tetangga Baguio, sebanyak 189 orang tewas, sebagian besar di antaranya terdapat di sebuah komunitas di lereng gunung yang bernama Little Kibungan.

Banjir dan tanah longsor menutup akses ke Baguio, dan membuat kota itu terisolasi selama tiga hari. Banyak turis asing terjebak di kota resor pegunungan itu.

Wali Kota Baguio Peter Bautista mengatakan di radio setempat bahwa kota itu kekurangan bahan bakar dan bahan pangan. ”Persediaan makanan kami habis. Bahan bakar kini hanya diprioritaskan bagi kendaraan darurat,” kata Bautista.

Kemarin, kendaraan militer membuka akses jalan utama menuju Baguio. Sejauh ini baru satu jalur yang terbuka sebagian, itu pun hanya bisa dilalui kendaraan ringan, dan belum bisa dilalui truk penyuplai bahan pangan.

Situasi membaik setelah empat helikopter CH-46 milik marinir AS menerbangkan 8 ton bantuan, Minggu. Presiden Filipina Gloria Macapagal-Arroyo juga telah memerintahkan para pejabat untuk mempercepat upaya pembukaan akses jalan yang terputus.

Badan Koordinasi Bencana Nasional Filipina menyebutkan, lebih dari 50 ruas jalan dan sembilan jembatan utama hancur akibat tanah longsor atau tersapu banjir. Belasan kota di utara Filipina masih terendam banjir.

Jumlah korban tewas akibat serangkaian bencana yang melanda Filipina sejak hantaman topan Ketsana pada 26 September mencapai lebih dari 600 orang. Badai Parma yang menghantam Filipina pada 3 Oktober dan bertahan selama sepekan memperburuk musibah itu.

Ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal dan terpaksa tinggal di tempat penampungan sementara. Kerugian akibat banjir terburuk di negara itu dalam 40 tahun terakhir diperkirakan telah mencapai ratusan juta dollar AS.

Impor beras

Akibat rangkaian bencana itu pula, otoritas Filipina, Senin, memerintahkan impor 250.000 ton beras. Topan Ketsana dan badai Parma menerjang wilayah lumbung padi Filipina di Pulau Luzon dan menghancurkan 560.000 ton padi yang siap dipanen, atau sekitar 8,6 persen dari 6,5 juta ton produksi beras yang diprediksikan untuk kuartal keempat tahun ini.

Menteri Pertanian Arthur Yap mengatakan, badai telah menghancurkan hasil panen pertanian dan perikanan senilai hampir 12 miliar peso. Namun, dia menegaskan tidak ada kekurangan beras dalam jangka pendek.

Parlemen Filipina kemarin juga secepatnya menyetujui pembiayaan untuk kerja pemulihan dan pembangunan kembali pertanian dan jalan-jalan sebesar 10 miliar peso. Para pejabat Filipina mempertimbangkan kemungkinan bantuan asing sebesar 1 miliar dollar AS untuk rencana rehabilitasi kawasan yang dihantam badai.(ap/afp/reuters/fro)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com