Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Mentawai Butuh Sarana Transportasi

Kompas.com - 04/10/2009, 21:30 WIB

PADANG, KOMPAS.com-Masyarakat Kepulauan Mentawai membutuhkan sarana transportasi secepatnya menuju Padang, untuk mengetahui secara pasti nasib kerabat, teman maupun rekannya pascagempa bumi yang menghantam Sumatera Barat, Rabu pekan lalu.

Sejak gempa mengguncang Pulau Sumatera, masyarakat Mentawai tak bisa menghubungi kerabat mereka di Padang maupun kota-kota lain di Sumatera Barat karena akses telekomunikasi terputus, sementara sarana transportasi berupa kapal laut maupun ferry tidak beroperasi sejak gempa terjadi.

Menurut Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai Anom Suheri, sejak terjadi gempa masyarakat di empat pulau utama di Kepulauan Mentawai, yakni Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan. cemas karena tak mendapat kabar apa pun dari kerabat maupun rekan mereka di Padang.

"Telekomunikasi di Mentawai ikut putus. Sementara kapal tidak ada yang berlayar. Pesawat pun hanya tiga kali seminggu dan hanya muat paling banyak 16 orang. Meski tak ada korban jiwa di Mentawai, tetapi kami tak tahu kabar saudara-saudara kami di Padang dan kota-kota lain," ujar Anom yang ditemui usai merapat di Pelabuhan Pelayaran Rakyat Muaro Padang, Minggu (4/10).

Anom dan seorang rekannya yang juga anggota DPRD Kabupaten Mentawai Suniarto Saogo terpaksa mencarter kapal kecil dengan mesin tempel berkapasitas maksimal enam orang. "Kami terpaksa menyewa kapal ini seharga Rp 6 juta, karena tak ada kapal yang melayani rute Padang-Mentawai sejak gempa terjadi," ujarnya.

Meski menjadi anggota DPRD Mentawai, Anom meninggalkan istri dan anak-anaknya di Padang. Demikian halnya Suniarto. Menurut Suniarto, sudah sejak gempa terjadi dia berusaha mencari sarana transportasi mencapai Padang. "Pesawat jelas tak mungkin karena seminggu hanya tiga kali, dan itu pun kapasitasnya sedikit. Sementara kapal penumpang maupun ferry yang biasa melayani Bungus-Tuapeijat (Pulau Sipora) tak berlayar," katanya.

Suniarto mengatakan, banyak pegawai negeri sipil di Mentawai yang memiliki keluarga di Padang. Selain itu, rata-rata masyarakat Mentawai, menyekolahkan anak mereka ke Padang setelah lulus SMP. "Banyak di antara kami yang bertanya-tanya bagaimana kabar terakhir anak serta istri yang ditinggalkan di Padang. Pemerintah jangan hanya berpikir warga Sumbar yang tinggal di Jakarta, kami yang di Mentawai pun butuh transportasi untuk mengetahui nasib saudara-saudara kami yang tertimpa musibah," ujar Suniarto.

Rute pelayaran Padang-Mentawai biasa dilayani dua kapal kayu besar berukuran 240 GT, satu kapal diantaranya milik pemerintah daerah. Selain kapal kayu, terdapat kapal ferry penyeberangan yang biasa melayani rute Pelabuhan Bungus-Tuaipejat. Namun ferry ini baru beroperasi Minggu malam dari Bungus.

Kapal kayu milik swasta yang melayani rute Padang-Mentawai KM Sumber Rezeki Baru juga sudah sejak sebelum Lebaran tak beroperasi. Mesin kapal tengah rusak dan sedang diperbaiki. Menurut salah seorang ABK KM Sumber Rezeki Baru Agung, kapalnya baru akan kembali melayani rute rutin paling cepat minggu depan. "Sekarang bagaimana kami mau beroperasi kalau keluarga ABK pun sedang tertimpa musibah," katanya.

Selain ketiga kapal ini, biasanya rute Padang-Mentawai juga dilayani kapal cepat. Namun menurut Suniarto, kapal cepat ini sudah sejak dua bulan terakhir tengah docking di Jakarta. "Yang kami heran, docking-nya kok belum selesai-selesai. Bahkan biaya docking malah lebih mahal dari pada biaya pengadaan kapal cepat baru," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com