Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Juta Orang Terancam

Kompas.com - 03/10/2009, 05:58 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Topan dahsyat Parma nyaris menyentuh daratan di utara Filipina, Jumat (2/10) sore. Kepanikan terasa di mana-mana dan penduduk mulai diungsikan dari jalur yang bakal dilewati topan ini di daerah pedalaman. Hampir 2 juta orang terancam bencana alam topan dahsyat ini.

Warga yang bermukim di dataran rendah atau lembah serta dataran tinggi atau pegunungan, yang potensial dilalui Parma, diimbau mengungsi dan ada pula yang diungsikan petugas. Ancaman Parma, yang dijuluki topan terkuat, terus menghantui penduduk dan pemerintah karena dampaknya akan lebih parah dari topan Ketsana yang memorakporandakan Filipina dan Vietnam pekan lalu.

Jika Kamis (1/10) sore topan Parma berada di sekitar 640 km (400 mil) timur Borongan, kota di timur Pulau Samar, Jumat topan itu sudah mendekati Filipina. Dilaporkan, pukul 11.30, topan berada di 270 km (170 mil) dari Pulau Catanduanes. Pada pukul 13.11, Parma tinggal 180 km (110 mil) lagi dari Catanduanes, dan pukul 17.11, tinggal 150 km (100 mil) lagi dari Pulau Luzon.

Presiden Filipina Gloria Macapagal-Arroyo mengumumkan, negara dirundung bencana (state of calamity). Saat air mata duka akibat topan Ketsana belum kering, ratusan ribu pengungsi masih berdesakan di tenda-tenda darurat, dan 2,4 juta orang yang terkena banjir masih trauma, muncul lagi ancaman topan dahsyat yang lain. Aroyo memerintahkan petugas mengevakuasi paksa penduduk yang berada di jalur yang akan dilalui Parma.

Evakuasi

Sebenarnya, sejak Jumat pagi petugas sudah mulai mengevakuasi penduduk yang tinggal di daratan rendah atau lembah dan di dataran tinggi atau pegunungan. Menjelang sore, petugas melakukan evakuasi paksa. Setidaknya, 8,5 juta orang di jalur topan dan hampir 2 juta orang atau tepatnya 1,8 juta orang bermukim di jalur merah yang bakal dilalui topan Parma.

Pemerintah melarang pengungsi korban Ketsana untuk pulang ke rumah atau tempat asal mereka. Mereka diminta tetap bertahan di tempat penampungan yang dinilai relatif aman. Sebanyak hampir 300.000 orang dilaporkan telah pulang.

Sekitar 100.000 orang di sekitar Laguna Bay, salah satu danau air tawar terbesar di Asia Tenggara di Manila, juga dievakuasi karena permukaan danau naik 1,2 meter. Jika tidak diungsikan, banjir yang mungkin muncul akibat topan Parma bisa menghanyutkan warga.

Kepala Otoritas Pengembangan Danau Laguna Edgar Manda mengatakan, warga harus segera dievakuasi ke tempat lebih aman lagi. ”Jangan sampai mereka berada dalam bahaya,” katanya.

Permukaan air danau ini pernah naik hingga mencapai 14,62 meter pada saat topan tahun 1919. Pada tahun 1978, akibat topan pula, air danau juga naik menjadi 13,58 meter. ”Pada Sabtu lalu, ketika terjadi topan Ketsana, muka air naik menjadi 13,81 meter,” kata Juni Mystica, seorang petugas dari otoritas Laguna.

”Kami sangat prihatin. Sebanyak 8,5 juta orang menetap di daerah rawan topan, dan 1,8 juta orang di antaranya menetap di jalur yang bakal dilewati topan terkuat ini,” kata juru bicara kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, Elisabeth Byrs.

Menurut Byrs, Filipina masih berada dalam kondisi sangat darurat setelah dilanda banjir bandang akibat topan Ketsana, Sabtu lalu. Banjir menewaskan 293 warga Manila dan sekitarnya. Sekitar 419.000 pengungsi masih tersebar di 526 tenda darurat dari jumlah total pengungsi sebelumnya 736.000 orang.

Gubernur Aurora, sebuah provinsi di utara Filipina, Bella Angara, juga mencemaskan nasib penduduknya. ”Menurut ramalan cuaca, topan ini sangat dahsyat. Mari kita berdoa agar tidak ada lagi kehidupan yang musnah,” ungkap Angara.

Otoritas Filipina mengingatkan, Parma dapat menghancurkan apa saja yang ada di depannya. Topan yang bertiup amat cepat ini, 230 km per jam, dapat menyebabkan dampak yang lebih buruk dari yang ditimbulkan topan Ketsana.

Di Taiwan, pihak berwenang juga mengidentifikasi penduduk di 12 desa juga wajib dievakuasi karena ada di jalur topan Parma dan badai dari Pasifik lainnya, topan Melor. Pemerintah Taiwan sebelumnya dikritik pedas warganya karena gagal mengantisipasi topan yang pada Agustus lalu menewaskan 770 orang. (REUTERS/AFP/AP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com